Pemerintah Siap Cetak 5.000 Mahasiswa Prajurit Digital

- Kamis, 15 September 2022 | 13:58 WIB
Kepala LLDikti Wilayah III, Paristiyanti Nurwardani selaku inisiator PMM-PKBN saat memberikan sambutan dalam Peluncuran PMM-PKBN  di Universitas Bina Sarana Informatika Kaliabang Bekasi pada Rabu (14/9). (FOTO : IST)
Kepala LLDikti Wilayah III, Paristiyanti Nurwardani selaku inisiator PMM-PKBN saat memberikan sambutan dalam Peluncuran PMM-PKBN di Universitas Bina Sarana Informatika Kaliabang Bekasi pada Rabu (14/9). (FOTO : IST)

 

JAKARTA—Dalam rangka menghadapi lajunya perkembangan digital di zaman sekarang ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III, Provinsi DKI Jakarta menggelar program Pertukaran Mahasiswa Merdeka melalui Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PMM-PKBN).

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menerangkan bahwa program ini bertujuan agar mahasiswa mendapatkan wawasan baru, mendapat banyak pengalaman dan toleransi sesama individu sambil mengikuti perkuliahan. Program ini menjadi unggulan karena memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menggunakan hak belajarnya di luar program studi dan perguruan tinggi asal. 

Program PMM diprediksi akan mampu mendorong pemulihan pandemi dan membuka kesempatan antar mahasiswa dan antar perguruan tinggi untuk saling berkolaborasi. Apalagi, konsep bela negara dipastikan akan sesuai dengan era digital dan pesatnya perkembangan teknologi yang semakin maju. Terlebih lagi, di era disrupsi saat ini perlunya memahami dan menjadi seorang profesi yang cakap digital begitu penting. Misalnya,  dalam menangkal hoax. Hal ini menjadi wujud bela negara generasi muda yang relevan di era ini. 

Oleh sebab itu, Kepala LLDikti Wilayah III, Paristiyanti Nurwardani selaku inisiator PMM-PKBN menggandeng Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan (BADIKLAT Kemenhan) dalam mensinergikan PMM dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN). Dikatakan, PMM-PKBN menjadi program kolaborasi baru antara Kemendikbudristek dan Kemenhan sebagai upaya penguatan literasi digital di era revolusi industry 4.0 dan society 5.0, antara lain digital skill, digital culture, digital etic, dan digital safety.

Menariknya, program ini langsung diikuti oleh sebanyak 5.000 mahasiswa yang juga turut hadir dalam Peluncuran PMM-PKBN  di Universitas Bina Sarana Informatika Kaliabang Bekasi pada Rabu (14/9). Dalam kegiatan ini, 5.000 mahasiswa tersebut juga mendapatkan kuliah umum dari 3 Menteri (Menko PMK, Mendikbudristek, dan Menhan).

“Output dari program PMM-PKBN ini, mahasiswa dapat menyetarakan Satuan Kredit Semester (SKS) setara 20 SKS, mendapatkan sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi dari Perguruan Tinggi yang telah ditunjuk, dan sertifikat Bela Negara dari Badiklat Kemenhan yang dapat meningkatkan daya saing,” terang Paris. 

Dalam program PMM-PKBN, lanjut Paris,  mahasiswa juga dituntut dapat bekerja sama dan disiapkan menjadi tenaga ahli yang profesional yang berwawasan dan bertalenta digital. Ditambah lagi, program ini akan membekali mahasiswa dengan keterampilan di luar bidang keahlian sebagaimana dituangkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). 

 “Kenapa harus PMM PKBN profesi digital? Karena hidup bernegara itu dipengaruhi oleh konten yang lekat dengan ruang-ruang digital, yang dalam hal ini kita implementasikan melalui perguruan tinggi, para dosen, dan mahasiswa. Oleh karena itu, dari Jakarta untuk Indonesia, kita bersama-sama membela negara dengan membangun kekuatan siber melalui program PMM-PKBN,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Nizam dalam sambutannya menyampaikan bahwa melalui program ini, mahasiswa dapat mengambil paket mata kuliah skaligus mendapat beragam pengayaan lain yang dapat menjadi bekal berharga bagi masa depannya seperti membangun soft skills, membangun kompetensi dan membangun semangat kebersamaan. “Di abad ke 21 ini, generasi muda harus memiliki sejumlah keterampilan, seperti Communication, Colaboration, Creativity, Critical Thinking agar memiliki daya saing. Ditambah lagi kemampuan berkolaborasi, menjalin jaringan, dan bekerja menjadi kemampuan yang harus dimiliki insan Pendidikan tinggi, yaitu dosen dan mahasiswa,” jelas Nizam.  

Sejalan dengan hal tersebut, Mayjen TNI Tandyo Budi R. S.Sos, Kabadiklat Kementerian Pertahanan meyakini bahwa informasi dan komunikasi saat ini sudah menjadi bagian dari infrastruktur pembangunan sebuah bangsa yang menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan. “Bela negara tidak selalu identik dengan pendidikan militer, tetapi melalui hal lain. Misalnya saja di bidang keamanan siber yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Kita menyadari saat ini ada saja serangan di dunia maya dan telah menjadi trend baru dalam perang modern di abad-21,“ ujarnya.

Rektor Universitas BSI, Dr. Ir. Mochamad Wahyudi selaku tuan rumah dan bagian dari konsorsium menjelaskan  bahwa kuliah  umum bela negara ini memiliki beberapa tujuan, yakni mengeksplor dan mempelajari keberagaman pelaksanaan tri dharma di perguruan tinggi, berteman dengan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, dan berkesempatan belajar di perguruan tinggi yang lain. 

“Ada beberapa paket dalam kuliah umum yang dapat dipilih oleh mahasiswa seperti Paket A profesi artificial intelligence, Paket B profesi data science, Paket C profesi cyber security, Paket D communication specialist, dan Paket E web programming,” paparnya.

Adapun, acara ini ditutup dengan kuliah umum dari Kemenko PMK Muhadjir Effendy yang menerangkan bahwa kemampuan bela negara yang baik di tengah keberagaman bangsa adalah salah satu kunci untuk pembangunan manusia di Indonesia. 

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X