Sektor Tambang Turun, Penerimaan Baru 52,69 Persen

- Selasa, 20 Agustus 2019 | 13:03 WIB

Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jendral Pajak (DJP) Kaltimra tampaknya harus bekerja ekstra untuk merealisasikan target penerimaan tahun ini. Sebab, meski ada pertumbuhan secara volume, namun penerimaan pajak masih jauh dari target Rp 23,2 triliun. Hingga Agustus, mereka mencatatkan pajak sebesar Rp 13,1 triliun.

 

BALIKPAPAN – Kepala Kanwil DJP Kaltimra Samon Jaya mengatakan jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 2,66 persen dibanding periode yang sama pada 2018. Jumlah tersebut harusnya bisa lebih besar. Namun sukar terwujud karena jenis pajak utama mengalami tekanan pada semester I. Apalagi sektor batu bara juga mengalami penurunan.

Turunnya harga komoditas di pasar global diyakini menjadi salah satu pendorong menyusutnya penerimaan. Sebagian dari para korporasi juga sudah minta penyesuaian. “Realisasi kami baru 52,69 persen. Target memang masih jauh, tapi kami terus melakukan optimalisasi penerimaan. Khususnya kepada wajib pajak yang sudah terdeteksi belum melapor, kami akan lakukan konseling,” terangnya, Senin (19/8).

Ia menjelaskan, pihaknya melakukan konseling kepada wajib (WP) pajak yang terbukti tidak melapor dan bayar pajak. Pihaknya berencana melakukan komunikasi dahulu. Jika masih membantah atau masih tidak menaati, pihaknya akan melakukan proses penyitaan sebelum penindakan.

Dari total penerimaan, untuk WP perorangan paling tinggi dari Samarinda. Terbagi menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Samarinda Ilir membukukan penerimaan sebesar Rp 1,6 triliun. KPP Samarinda Ulu Rp 1,4 triliun. Penerimaan terbanyak Balikpapan. KPP Balikpapan Barat Rp 1,2 triliun, KPP Balikpapan Timur Rp 1,5 triliun.

Berdasarkan sektornya, penyumbang paling besar dari sektor pertambangan sekitar 36,79 persen. Pertumbuhannya hanya 6,40 persen. Adapun secara nilai dari pertambangan dan penggalian sebesar Rp 4,09 triliun dengan jumlah 481 WP.

Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor transportasi dan perdagangan. Dibanding periode 2018, tumbuh 33,38 persen. Tapi sayang, kontribusinya hanya 7,49 persen. Industri pengolahan tumbuh 12,99 persen, kontribusinya 7,82 persen.

Namun, penurunan juga tercatat cukup tinggi. Secara nasional, penerimaan pajak dari sektor pertambangan dan industri pengolahan terkoreksi paling dalam. Sektor pertambangan tumbuh minus 14 persen, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang tumbuh 80,3 persen. Sedangkan industri pengolahan terkoreksi 2,6 persen.

"Faktor utama yang menyebabkan kontraksi sektoral adalah penurunan harga komoditas tambang di pasar global. Tekanan terbesar dihadapi oleh dua subsektor utama yaitu pertambangan batu bara dan bijih logam," imbuhnya.

Perlambatan ekonomi global memang masih menjadi beban yang tak mampu dibendung pasar komoditas batu bara internasional. Tren merosotnya harga batu bara pun berlanjut tahun ini. Pada Januari 2019, harga batu bara acuan (HBA) dipatok USD 92,41 per ton, Februari USD 91,80 per ton, Maret USD 90,57 per ton, April USD 88,5 per ton, dan Mei USD 81,86 per ton. (aji/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Kerja Sama dengan SRC

Jumat, 29 Maret 2024 | 14:49 WIB

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB
X