Perjalanan panjang sebagai abdi negara dilalui seorang putra Kalimantan Tengah (Kalteng), Fahrizal Fitri. Mengawali karier sebagai aparatur sipil negara (ASN) dari posisi terendah, kini dipercayakan mengemban tugas di kementerian pusat.
ANISA B WAHDAH, Palangka Raya
KARIERNYA sebagai abdi negara dimulai sejak 27 tahun lalu. Bukan waktu yang singkat. Perjalanan panjang itu mengantarkan Fahrizal menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Ia dilantik oleh Presiden RI Joko Widodo pada 1 Agustus 2023 lalu.
Fahrizal Fitri lahir di Pangkalan Bun, 12 Desember 1969 dan dibesarkan di Kota Manis tersebut. Pendidikan dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) ia selesaikan di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Kemudian merantau untuk menempuh pendidikan sarjana di Instiper Yogyakarta, Jurusan Kehutanan.
Sejak itulah perjuangan Fahrizal menyelami ilmu kehutanan yang mengantarkannya menduduki berbagai jabatan penting di bidangnya. Mengawali karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada tahun 1996 di Kantor Kacamatan Bulik (saat ini menjadi wilayah administrasi Kabupaten Lamandau).
“Dua tahun saya bertugas, kemudian tahun 1998 pindah tugas ke Perhutanan dan Konservasi Tanah Kobar, dilanjutkan tahun 2000 pindah ke Dinas Kehutanan Kobar, lalu akhir tahun 2007 pindah ke Bapedalda Kobar,” ungkap Fahrizal saat dibincangi Kalteng Pos di sela-sela menghadiri kegiatan di Palangka Raya, beberapa waktu lalu.
Perlahan Fahrizal menduduki jabatan di beberapa instansi. Mulai dari kasub, kabid, hingga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kobar (2013-2017). Mencoba peruntungan meningkatkan kariernya, tahun 2017 ia mengikuti bidding di Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Kalteng.
“Tahun 2017 saya ikut bidding di provinsi, lalu di tahun yang sama tepatnya bulan Juni saya dilantik menjadi kepala DLH Kalteng,” ucapnya.
Baru seumur jagung menempati posisi kepala DLH Kalteng, enam bulan kemudian atau awal tahun 2018 ia dipercayakan menjadi pelaksana tugas (plt), kemudian berlanjut diamankan sebagai (penjabat) pj, hingga ditetapkan sebagai sekda definitif.
“Ini sekelumit kisah perjalanan saya, dimulai dari tingkat kecamatan hingga menjadi sekda di tingkat provinsi. Tiga tahun menjabat sebagai sekda, pada 2021 saya dipindahkan menjadi staf di BPSDM Kalteng,” kisahnya.
Dua tahun Fahrizal menjabat sebagai staf di BPSDM. Kemudian ia mengikuti proses lelang jabatan dan mendaftar pada Februari 2023. Proses itu memakan waktu cukup panjang hingga penetapan tiga besar pada bulan Mei 2023.
“Setelah penetapan tiga besar, proses selanjutnya diusulkan ke tim penilai akhir (TPA) yang dipimpin presiden, lalu bulan Juli keluar surat keputusan presiden (kepres) tentang penetapan jabatan di KLHK,” tutur ayah tiga anak itu.
Perjalanan panjang tersebut tentu saja menyisakan kisah-kisah perjuangan dan pengalaman yang berharga. Suka duka menjadi abdi negara tentu pernah dirasakan.
“Bagaimanapun, yang namanya bertugas pasti ada suka dukanya, misal saja terjadi permasalahan menyangkut komunikasi yang tidak sama, itu menjadi tantangan, bagaimana memberikan pemahaman berkenaan proses pelaksanaan daripada pemerintahan,” ucap pria yang menyelesaikan pendidikan S-2 Ilmu Kehutanan di Universitas Mulawarman, Samarinda.
Menjadi abdi negara sudah menjadi jalan hidup dan pilihan karier Fahrizal. Sebelum memulai perjalanan panjang sebagai seorang PNS, ia pernah bekerja sebagai karyawan perusahan HPH di Kobar (saat ini masuk wilayah Lamandau). “Jadi saya sudah bisa memahami lingkungan kerja masyarakat di sana, dari situ perjuangan karier saya menjadi PNS dimulai,” tutupnya. (*/ce/ala)