PALANGKA RAYA-Bencana kabut asap akhirnya tidak bisa dihindarkan lagi. Sepekan terakhir kabut yang merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu telah menyelimuti beberapa daerah di Kalteng. Parahnya lagi, bencana tersebut mulai mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Tiga jadwal penerbangan pada Rabu pagi (27/9) mengalami penundaan alias delay.
Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II (Persero) Ardha Wulanigara selaku kepala pengelola Bandara Tjilik Riwut melalui Manajer Operasional Maulid Sakti membenarkan ada tiga jadwal penerbangan yang ditunda. “Kabut asap berdampak pada tertundanya tiga penerbangan pesawat tujuan Jakarta dan Surabaya,” terang Maulid kepada Kalteng Pos.
Tiga penerbangan yang ditunda itu yakni penerbangan Batik Air dengan nomor flight ID 6201 tujuan Jakarta, pesawat Lion Air dengan nomor flight JT 683 tujuan Surabaya, dan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor flight GA 555 tujuan Jakarta. Ketiga pesawat itu seharusnya berangkat sekitar pukul 07.00 WIB, tetapi mengalami penundaan sekitar satu setengah jam dari jadwal awal.
Penundaan penerbangan tiga pesawat itu, kata Maulid, disebabkan kabut asap yang menyelimuti landasan pacu, sehingga menghalangi jarak pandang sang pilot.
Ditambahkannya, berdasarkan informasi yang diterima dari BMKG, jarak pandang (visibility) di sekitar bandara pukul 07.00 WIB-09.15 WIB hanya berkisar 400-500 meter. Itu dianggap tidak memenuhi syarat untuk keamanan penerbangan pesawat, baik yang akan lepas landas maupun yang mendarat. “Jarak minimal untuk visibility (jarak pandang pilot) adalah 800 meter,” tuturnya.
Akibat kondisi itu, 499 penumpang mengalami penundaan keberangkatan. Namun ketiga pesawat tersebut akhirnya bisa lepas landas setelah kabut asap di sekitar bandara mulai berkurang. “Semua pesawat akhirnya bisa terbang sekitar pukul 09.00 WIB,” terang Maulid.
Maulid mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak BMKG dan satgas penanganan karhutla. Juga berkolaborasi dengan maskapai penerbangan untuk menginformasikan kepada para calon penumpang terkait jadwal penerbangan pesawat selama adanya bencana kabut asap.
Ia menambagkan, sampai saat ini pihaknya belum punya rencana untuk menghentikan aktivitas kegiatan penerbangan karena kabut asap yang melanda Kalteng saat ini. “Penerbangan itu tergantung visibility pilot, kebetulan pagi tadi BMKG mengumumkan kalau visibility turun, cuman 500 meter karena ada ketebalan kabut (asap), sehingga dianggap tidak aman untuk penerbangan, tetapi setelah itu kondisi normal lagi,” ujarnya.
Dikatakannya, pihak bandara selalu berpegang pada aturan yang dikeluarkan pemerintah terkait SOP layanan keamanan dan keselamatan penumpang pesawat. “Kami berpegang pada prosedur pelayanan di bandara, bila dinyatakan tidak ada kendala, berarti kegiatan penerbangan di bandara tidak bermasalah dan aman,” ucapnya.
Maulid mengatakan bahwa ketebalan kabut asap di wilayah bandara selalu berubah tiap waktu. Sebab, kabut asap yang menyelimuti landasan pacu merupakan asap kiriman dari daerah lain. “Untuk area di sekitar bandara masih cukup aman. Berdasarkan informasi, belum ada kejadian kebakaran,” katanya.
Kabut asap dari karhutla juga memengaruhi kualitas udara. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti Samsul mengatakan, jumlah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada bulan Agustus 2023 mengalami peningkatan. “Jumlah kasus ISPA bulan Agustus yakni 17.870, meningkat dibanding bulan Juli yang jumlahnya 10.870 kasus. Untuk data bulan September belum sepenuhnya direkap,” ucapnya pada Kalteng Pos, Rabu (27/9).
Namun pihaknya tidak bisa membedakan kasus ISPA yang disebabkan oleh bencana kabut asap dan lainnya. “Penyebab ISPA banyak, salah satu adalah asap. Butuh penelitian khusus untuk memastikan antara kenaikan jumlah ISPA dengan bencana kabut asap,” jelasnya sembari menyebut sulit memilah kasus ISPA yang disebabkan oleh asap atau lainnya.
“Daerah dengan kasus ISPA terbanyak, berdasarkan data bulan Agustus, ada di Palangka Raya dengan jumlah 2.414, menyusul Kotawaringin Barat 2.407 kasus, Kotim 2.185 kasus, dan Kapuas 2.047 kasus,” ungkapnya.
Adanya kabut asap ini menurutnya anak-anak tidak harus dilarang bermain di luar rumah atau bersekolah. “Menurut kami sih imbauan saja. Kecuali kita yakin rumah kita kedap asap. Kalau melihat model ventilasi rumah yang ada, asap tetap masuklah meskipun belum tentu sebanyak di luar rumah,” katanya. Yang terpenting menurutnya, kurangi aktivitas di luar rumah. Jika tidak berkepentingan maka alangkah lebih baiknya untuk di rumah saja.
“Jangan merokok karena makin menambah polusi udara dan tetap makan makanan dengan gizi yang seimbang,” tegasnya. Karena di saat seperti ini tentunya menjaga kestabilan sangatlah penting. Fluktuasi udara yang tidak sehat cenderung akan memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan.
Berdasarkan ISPU pada Rabu (27/9) pukul 09.00 WIB Kota Sampit alami kualitas udara sangat tidak sehat dan Buntok serta Palangka Raya dalam kondisi udara tidak sehat. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng melalui Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), Merty Ilona.
“Berdasarkan data ISPU yg tersaji di web KLHK dari 4 stasiun AQMS Buntok, Sampit, Pangkalanbun, dan Palangka Raya, hanya Pangkalanbun yang kondisi udaranya berwarna hijau, yakni baik,” terangnya. Yang mana ISPU (Nilai parameter pencemar kritis) untuk Sampit 221 (PM 2,5), Palangka Raya 195 (PM 2,5), Buntok 107 (PM 2,5) dan Pangkalanbun 26 (Hidrokarbon).
“Kualitas udara yang buruk ini dapat berdampak serius pada kesehatan manusia,” ucapnya. Terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan. Paparan terus-menerus terhadap polutan udara dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan, kardiovaskular, bahkan berpotensi merusak sistem kekebalan tubuh.
Adanya fenomena ini menjadi salah satu atensi serius pihak terkait. Surat edaran dari Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Edy Pratowo juga sudah di edarkan. Dimana pada edaran tersebut berisi langkah-langkah yang seharusnya dilakukan sebagai antisipasi jika terjadinya penurunan kualitas udara ISPU menjadi tidak sehat. Mulai dari imbauan mengurangi aktivitas di luar rumah hingga pemantapan fasilitas kesehatan.
“Mengimbau masyarakat untuk menghindari atau mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pemafasan,” ujarnya.
Melengkapi sekolah ataupun fasilitas pendidikan, terutama untuk PAUD, TK dan SD dengan fasilitas pembersih udara. Serta sarana pendukung lainnya untuk menjaga kebersihan udara dalam ruang belajar dan bermain.
“Memantapkan kesiapan fasilitas kesehatan untuk antisipasi penanganan penyakit yang dipicu oleh asap akibat kebakaran hutan dan lahan,” tutupnya. Jika kualitas udara menjadi sangat tidak sehat selama 2 hari berturut-turut dan jika memang perlu maka dapat dilakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). (sja/zia/mut/nhz/bah/alh/ala)