Remiaty atau biasa dikenal dengan Emy Nillan merupakan salah satu sosok pegiat seni lukis di Kota Palangka Raya. Ia sangat konsisten menggeluti seni lukis dan juga menanamkannya kepada generasi muda.
IRPAN JURAYZ, Palangka Raya
BERAWAL dari mengajari anak-anak melukis, Emy Nillan makin mencintai seni melukis. Hal ini mendorongnya membangun Sanggar Lukis Warna Palangka Raya tahun 2014. Anak ketiga dari empat bersaudara ini mengaku sudah belasan tahun menggeluti dunia lukis, sejak 2009. Kala itu ia hanya mengajarkan kepada anak-anak yang punya minat melukis.
Namun Emy menyadari bahwa seni lukis dan anak-anak usia dini bisa dipertemukan melalui pelatihan lukis dasar. Dengan seiring berkembangnya anak-anak, maka ia pun makin giat mempelajari dan berkarya.
“Jadi saya berkarya hanya sebagai hobi, inti semua yang saya lakukan adalah untuk membagikan lagi keterampilan dan segala tentang seni lukis yang saya tahu kepada anak-anak,” ceritanya, Kamis (25/5).
Selain mengajar di sanggar, ia juga merupakan seorang guru lepas yang melatih di beberapa sekolah untuk ekskul melukis dan mewarnai.
Dengan dunia yang ia tekuni, maka cita-citanya di masa sekarang adalah ingin membangun kesadaran masyarakat Kalteng khususnya Palangka Raya, tentang pentingnya pelatihan seni lukis dari usia dini. Melalui generasi yang terampil berkesenian, maka ia berharap ada perupa-perupa dari Kalteng yang akan melanjutkan seni dan budaya di masa yang akan datang.
“Melalui Sanggar Lukis Warna Palangka Raya ini, saya punya impian untuk melahirkan perupa perupa dari Kalteng yang akan melanjutkan dan mewariskan seni dan budaya di masa mendatang,” ucapnya dengan tekad yang kuat.
Dengan terjun ke dunia seni, ia anggap telah berpartisipasi dalam pelestarian seni kebudayaan Kalteng. Ia berharap melalui ini nama Kalteng semakin dikenal diseluruh Indonesia bahkan seluruh dunia.
“Meskipun saya dan generasi saya sekarang masih belum bisa memenuhi itu, harapannya dengan membina perupa-perupa muda yang sekarang dalam asuhan saya, kelak mereka bisa berprestasi dalam dunia seni dan melampaui kami para seniornya,” ucap Emy.
Emy mengaku senang melukis pada media padat. Ia sering menggunakan oil pastel dan soft pastel. Dan ia mengaku senang melukis objek yang ia dilihatnya cantik untuk dilukis secara dekat.
Walaupun lama menggeluti dunia seni, Emy mengaku lebih sering membimbing perupa muda yang tertarik melukis.
“Untuk berapa banyak karya, sepertinya banyak, karena saya fokusnya lebih ke membimbing perupa-perupa muda yang baru mulai mengenal melukis. Mungkin selama menjadi perupa, tidak lebih dari 100 karya,” ucap Emy.
Tidak pernah terpikirkan di benaknya untuk menjadi seorang pelukis. Proses ini berjalan apa adanya. Berawal dari hobinya. Emi sudah yatim piatu sejak usia muda. Ayahnya meninggal saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), sementara ibunya meninggal ketika ia menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). (*/ce/ala)