PALANGKA RAYA-Beberapa skema diterapkan untuk menekan harga ayam maupun harga pakan ternak di Kalteng. Salah satu skema yang diterapkan adalah dengan mendorong pemerintah memberikan subsidi transportasi.
Dr Fitria Husnatarina SE MSi selaku pemerhati ekonomi mengatakan, pemberian subsidi pakan memang diperlukan untuk menekan harga ayam ras di pasaran. Namun hal itu efektif untuk jangka panjang, bukan jangka pendek.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Palangka Raya (UPR) ini, kenaikan harga pakan merupakan faktor lain dari penyebab naiknya produk ayam ras. Menurutnya, untuk upaya jangka pendek, pemerintah memang harus memberikan subsidi untuk proses atau alur distribusi ayam ras.
“Pemerintah dapat memberikan subsidi dari proses transportasi, lantas bagaimana mekanismenya, ini memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan faktor-faktor di lapangan, sehingga subsidi itu dapat serta merta menurunkan harga ayam ras,” tutur Fitria, kemarin.
Ia menyarankan pemerintah langsung mengambil solusi dengan memberikan subsidi atas kenaikan harga ayam ras di pasar saat ini. Akan tetapi subsidi tersebut bisa diberikan setelah ada pertimbangan matang dari pemerintah berdasarkan identifikasi atas hal-hal yang memang menjadi penyebab langsung kenaikan harga ayam ras.
Menurutnya pemerintah harus terlebih dahulu mengidentifikasi masalah kenaikan harga ayam ras saat ini, sehingga didapatkan solusi yang dapat berpengaruh langsung untuk menstabilkan harga, yang dapat diambil berdasarkan solusi jangka pendek.
“Solusi jangka pendek artinya untuk saat ini ya, pemerintah dapat langsung menembak kepada harga produk yang naik itu dengan pemberian subsidi, dalam hal ini ayam ras, bisa diberikan bantuan langsung kepada pelaku usaha atau skema lainnya berdasarkan kondisi yang ada,” tandasnya.
Sementara itu, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekobang) Leonard S Ampung mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan dari pemerintah pusat terkait upaya pemberian subsidi biaya distribusi ayam ras.
“Kami masih berkoordinasi dengan pemerintah pusat, apakah nanti ada surat dari pemerintah pusat untuk sharing masalah subsidi untuk biaya transportasi,” ujarnya, Sabtu (3/6).
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Kalteng Aster Bonawaty menyebut pihaknya tengah berkoordinasi terkait kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok, seperti ayam dan beras.
“Bapak Menteri Perdagangan telah melihat kondisi harga bahan kebutuhan pokok di pasar. Beliau juga menyampaikan bahwa nanti akan dikoordinasikan ke pihak terkait, baik asosiasi ataupun pakan ternak, menyangkut dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok ini,” katanya, Sabtu (3/6).
Walaupun terjadi kenaikan harga, ujar Aster, ketersediaan bahan kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, dan daging ayam potong masih aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kami upayakan nanti dengan teman-teman di pusat, menjelang Iduladha mulai stabil lagi, jadi kita jaga itu harga-harga yang terjangkau, yang penting ketersediaan atau stoknya tetap ada,” kata Aster.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kalteng Riza Rahmadi mengatakan, lonjakan harga daging ayam di pasaran terjadi karena tingginya harga jual di tingkat peternak, sehingga memaksa para pedagang kecil untuk menaikkan harga.
“Seperti yang kita ketahui pada Ramadan lalu, peternak kita sempat merugi. Awalnya harga daging berada di angka Rp16 ribu dan Rp17 ribu, sedangkan harga patokan Rp36 ribu,” ucap Riza kepada wartawan, Minggu (4/6).
Dikatakan Riza, DKP Kalteng masih berkoordinasi dengan pihak terkait perihal pemberian subsidi angkutan, seperti yang telah diinstruksikan Menteri Perdagangan, dalam rangka menekan lonjakan harga ayam pedagang.
“Untuk pemberian subsidi transportasi ini nanti akan kami hitung berapa, kami akan fasilitasi dan koordinasikan dengan distributor atau pedagang besar,” tuturnya.
Riza menyebut bahwa sejauh ini stok ayam pedaging masih sangat mencukupi untuk beberapa minggu ke depan. Pihaknya juga berencana untuk berkoordinasi dengan Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) demi bisa menstabilkan harga ayam pedaging.
“Kami akan manfaatkan fasilitas distribusi yang telah disediakan oleh pemerintah untuk menekan kenaikan harga, kami berharap dua minggu ke depan harga daging ayam akan normal kembali,” tandasnya.
Meski ada banyak peternak yang terdampak mahalnya harga pakan, ternyata masih ada peternak yang tidak terpengaruh dengan kenaikan harga ayam ini. Mereka adalah peternak yang bermitra dengan perusahaan sarana produksi (sapronak). Dalam sistem kemitraan ini, peternak bertindak sebagai pihak yang menyediakan kandang, peralatan operasional, dan pemeliharaan ternak ayam hingga panen. Sementara pihak perusahaan mitra berkewajiban menyediakan bibit ayam (ayam umur satu hari atau day of chicken (Doc)), pakan ternak ayam, vaksin, dan obat-obatan.
Perusahaan juga memberikan bimbingan teknis dan penyuluhan kepada para peternak. Untuk hasil usaha, ditentukan berdasarkan sistem kemitraan, baik sistem kontrak maupun bagi hasil. Diketahui sejumlah peternak ayam di Palangka Raya mempergunakan sistem kemitraan ini. Seperti para peternak ayam di Jalan Keranggan ujung, Kelurahan Kalampangan. “Kami semua di sini ambil upah,” kata ibu Tita, salah satu peternak ayam di wilayah tersebut.
Peternak ayam yang mengaku baru satu tahun menggeluti usaha peternakan ayam ini menjelaskan, ia dan beberapa rekan peternak ayam di kompleks tersebut telah bekerja sama dengan perusahaan mitra bernama Rajawali Persada.
Dalam sistem kemitraan ini, lanjut perempuan berkacamata ini, pihak perusahaan menyediakan bibit dan pakan ayam, sementara peternak menyediakan kandang, air minum, dan listrik.
“Kami cuma tahunya pas panen dapat berapa ton dikali upah,” terang peternak yang punya 5.000 ekor ayam itu.
Adapun nilai upah yang ditetapkan perusahaan mitra adalah Rp1.200/kilogram. Tita mengaku tidak mengetahui soal adanya kenaikan harga ayam di pasar saat ini. “Kalau soal naik turun, kami tidak merasakan, pak,” tutupnya. (dan/sja/ce/ala)