MANAGED BY:
JUMAT
29 SEPTEMBER
UTAMA | LINTAS KALTENG | METROPOLIS | OLAHRAGA | HIBURAN | FEATURE | NASIONAL | ARTIKEL | SERBA SERBI

FEATURE

Sabtu, 27 Mei 2023 11:28
Tradisi Mangenta Mulai Punah

Disbudpar Dorong Generasi Muda Ikut Melestarikan

PALANGKA RAYA-Tangan Herti begitu lincah mengaduk padi ketan dalam wajan di atas tungku api. Hawa panas begitu terasa meski berada satu setengah meter dari tungku. Namun baginya itu hal biasa. Sesekali tangan kirinya mengusap keringat di wajah. Kepulan asap dari arang terasa menyiksa mata bagi siapa pun yang menonton. Namun tidak wanita berkacamata itu. Ia terlihat santai sembari terus mengharu padi pulut di wajan sampai sedikit lunak. Setelah kurang lebih 20 menit, padi ketan dituangkan ke talam yang terbuat dari rotan.

Selanjutnya padi ketan yang telah melunak itu dimasukkan ke dalam lesung. Bersama dua rekannya, Herti mulai menumbuk padi di atas lesung yang terbuat dari kayu ulin itu dengan menggunakan alu. Suara tumbukan terdengar cukup keras untuk memisahkan beras dari kulitnya. Itulah tradisi mangenta.

Mangenta merupakan proses mengolah kenta yang merupakan makanan tradisional suku Dayak di Kalteng, yakni berupa beras ketan yang disangrai dan ditumbuk dalam lesung. Herti dan rekan-rekannya adalah perwakilan dari salah satu kabupaten mengikuti perlombaan tradisional mangenta Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2023 yang digelar di halaman gelanggang olahraga (Gor) indoor, Jalan Tjilik Riwut Km 5, Kota Palangka Raya, Jumat (26/5). Mereka mewakili Kabupaten Gunung Mas dalam hajatan budaya tahunan terbesar di Bumi Tambun Bungai ini.

Wanita paruh baya itu merupakan salah satu warga desa di Kalteng, yang hingga saat ini masih mempertahankan tradisi mangenta kala panen tiba. Tak heran, wanita bertubuh sintal itu sangat piawai dalam proses mangenta. Bersaing dengan perwakilan sembilan daerah lainnya.

“Satu kali adukan gini memakan waktu 20 menit, tergantung apinya juga, tapi bisa sampai dua jam kalau apinya enggak nyala-nyala, habis dari sini langsung jadi atlet binaraga,” kata wanita berusia 46 tahun itu sembari terkekeh, diikuti gelak tawa penonton.

Membuat kenta, bagi Hesti, bukanlah perkara sulit. Sebab berjualan pangan kenta merupakan usaha yang digelutinya sehari-hari di Desa Tumbang Rahuyan, Kecamatan Rungan Hulu, Kabupaten Gunung Mas. Ia yang merupakan warga asli kelahiran desa tersebut, mengaku masih terus mempertahankan tradisi mangenta usai panen bersama kerabat-kerabatnya di desa setempat. Beras ketan atau kenta yang mereka bawa itu merupakan hasil berladang masyarakat Desa Tumbang Rahuyan.

“Karena kami pakai sistem ladang berpindah yang satu tahun hanya sekali panen, alias manugal, daerah kami panen tiap bulan Mei, biasanya kami ramai-ramai memasak kenta saat panen,” ujarnya.

Sementara, salah satu peserta lomba mangenta dari Pulang Pisau (Pulpis), Ita mengatakan pihaknya masih menanam padi ketan sehingga bisa panen padi ketan tiap tahun. Kala musim panen tiba, ujar wanita berperawakan kurus itu, pihaknya akan mengajak peladang lainnya untuk merayakan hari panen bersama-sama dengan mengolah pangan kenta.

“Ini padi ketan asli dari Pulpis, kalau panen tiap tahunnya kami mangenta ramai-ramai, hitung-hitung merayakan syukuran atas kelimpahan pangan,” ujar wanita berusia 47 tahun itu.

Menurut Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Pulpis, Gotat mengatakan, dalam konteks kehidupan masyarakat desa di Pulpis, tradisi mangenta masih rutin dilakukan masyarakat di beberapa desa saat panen.

“Dari hasil berladang itu kami mendapatkan kenta, sebagian untuk membuat mangenta, setelah ditumbuk lantas menghasilkan beras, baru dibikin dengan dicampur air panas dan parutan kelapa, maka jadilah sajian pangan yang dinamakan kenta,” tuturnya.

Pulpis terkenal dengan gaungnya sebagai salah satu daerah di Bumi Tambun Bungai yang memiliki wilayah sentra pengembangan lumbung pangan nasional alias food estate. Menurut Gotat, dengan adanya megaproyek tersebut, selain berperan dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional, juga penting untuk melestarikan kebudayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari menjaga kekayaan budaya. Karena mangenta sendiri merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Dayak.

“Pulpis sebagai daerah lumbung pangan nasional, di samping kami menyediakan kesediaan beras, juga melestarikan kebudayaannya, karena budaya lokal seperti mangenta ini perlu dilestarikan,” ujarnya selaku pihak ofisial tim dari Pulpis itu.

Selain untuk mensyukuri kelimpahan pangan usai panen, tradisi ini juga dilakukan untuk mencicipi hasil panen. Menurut Gotat, yang masih menjalankan tradisi ini adalah masyarakat yang tinggal di desa-desa wilayah hulu.

“Salah satunya di Desa Banama Tingang, kalau sebelah hilir banyak penduduk pendatang, tapi masih berupaya kami lestarikan dengan mengadakan lomba-lomba bertemakan budaya, salah satunya Festival Handep Hapakat,” sebutnya.

Budaya Mangenta memiliki nilai kearifan lokal yang tinggi. Tradisi untuk memperingati atau syukuran atas kelimpahan pangan ini sarat akan nilai gotong-royong, falsafah hidup berkerukunan, serta saling berbagai.

“Biasanya mengajak kerabat untuk mangenta, ramai-ramai, saling bergotong-royong melakukan bagian-bagian tertentu, ada yang memasak, menumbuk, dan lain-lain,” ujarnya.

Melestarikan tradisi seperti ini sangat cocok untuk bangsa Indonesia. Apalagi Kabupaten Pulpis yang memiliki julukan Handep Hapakat (tindakan saling gotong royong). Menurut Gatot, Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan Daerah lahir dari kepedulian pemerintah akan pentingnya melestarikan budaya daerah.

“Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 itu, pemerintah daerah wajib membuat pokok-pokok pikiran kebudayaan daerah masing-masing, salah satunya melalui perlombaan berbasis kebudayaan masyarakat tradisional, mangenta ini salah satu tradisi yang harus dilestarikan,” jelasnya.

Untuk melestarikan kearifan lokal masyarakat Dayak ini, lanjut Gotat, pihaknya rutin melaksanakan Festival Handep Hapakat dan menggelar perlombaan berbasis kebudayaan tradisional. Salah satunya mangenta.

“Budaya ini sangat luar biasa, pemerintah pusat dan pemerintah provinsi pun sangat konsisten akan upaya melestarikan budaya ini, kami beruntung Pemprov Kalteng mengadakan FBIM ini, dengan misi yang sama, yakni demi kelestarian budaya,” tandasnya.

Tradisi mengolah kenta atau mangenta merupakan budaya masyarakat Dayak yang memiliki nilai kearifan lokal yang tinggi. Jika tidak dilestarikian, maka tradisi dari leluhur ini terancam punah. Ancaman kepunahan tradisi mangenta bisa dilihat dari gelaran FBIM 2023. Mangenta merupakan salah satu cabang yang diperlombakan tiap tahun dalam rangka memperingati hari jadi Provinsi Kalteng. Sayangnya, peserta yang ikut ambil bagian dalam beradu teknik mengolah kenta ini justru didominasi orang tua. Sangat minim peserta dari kalangan muda.

Kepala Disbudpar Provinsi Kalteng Adiah Chandra Sari mengatakan, tradisi mangenta ini penting dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya daerah yang menyimpan nilai kearifan lokal masyarakat. Tradisi memasak padi ketan atau padi pulut yang kemudian menghasilkan olahan pangan kenta yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sayangnya peserta dari kalangan muda yang mengikuti lomba ini sangat minim.

Adiah berharap ke depannya lomba mangenta diikuti oleh generasi muda sebagai bagian dari upaya melestarikan kekhasan budaya. Untuk mewujudkan itu, perlu ada kerja sama pemerintah daerah dari kabupaten/kota se-Kalteng untuk sepakat mengirimkan peserta dari kalangan muda.

“Kembali lagi tahun ini kita mengadakan lomba mangenta, dan saya berharap tradisi ini dapat dikembangkan menjadi produk-produk kuliner yang digemari masyarakat. Ke depannya perlu ditekankan keikutsertaan anak muda. Seperti yang kita lihat hari ini, pesertanya dari orang dewasa, anak muda sangat sedikit,” ungkapnya.

Menurut Adiah, kondisi seperti ini cukup memprihatinkan. Ini juga menjadi bahan evaluasi pihaknya, agar pada perlombaan ke depan lebih melibatkan peserta dari kalangan muda. Sebab, tradisi ini perlu dilestarikan oleh generasi muda pewaris budaya.

Produk pangan kenta yang merupakan hasil dari proses mangenta berpotensi menjadi produk bernilai jual tinggi. Adiah menyebut, makanan kenta memiliki nilai ekonomis tinggi, karena cita rasanya yang lezat dan gurih. Lahirnya anak-anak muda dengan minat yang sama, dapat menciptakan inovasi dan kreativitas dalam menghasilkan olahan pangan asli suku Dayak itu.

“Saya berharap agar pemerintah daerah se-Kalteng memfasilitasi pengembangan makanan tradisional suku Dayak ini, sehingga dapat menjadi produk unggulan khas Bumi Tambun Bungai,” tandasnya. (dan/ce/ala)

loading...

BACA JUGA

Kamis, 28 September 2023 23:05
Bincang-Bincang dengan H Siti Aseanti di Podcast Ruang Redaksi

Bidan Sean Siap Berjuang di Senayan

Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos kedatangan tamu spesial pada Rabu…

Selasa, 26 September 2023 14:11

Ricka Brillianty Zaluchu, Dokter Forensik Pertama di Kalteng

Podcast Ruang Redaksi Kalteng Pos kembali kedatangan tokoh inspiratif. Dia…

Senin, 25 September 2023 14:45
Bincang-bincang dengan Pj Bupati Kobar Dr Budi Santosa

Pernah Magang di Koran Nasional, Senang Menerima Kritikan

Dr Budi Santosa diamanahi tugas menjadi Penjabat (Pj) Bupati Kotawaringin…

Sabtu, 16 September 2023 10:11

Pariwisata Berhasil Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

Wartawan Kalteng Pos (penulis) ikut dalam robongan insan pers di…

Kamis, 17 Agustus 2023 11:23
Mengenal Miranda Gratia Parhusip, Dokter Muda Lulus dengan Predikat Sangat Memuaskan

Sempat Waswas Periksa Pasien, Khawatir Salah Diagnosis

Rasa senang terpancar jelas pada raut wajah Miranda Gratia Parhusip…

Rabu, 16 Agustus 2023 11:13
Mengenal Karina Agusta Putri, Dokter Muda Lulus dengan Predikat Sangat Memuaskan

“Menjadi Dokter, Saya Bisa Menolong Sesama”

Karina Agusta Putri merupakan salah satu gadis Kalteng yang berhasil…

Senin, 14 Agustus 2023 12:00
Mengenal Lira Septari, Dokter Muda Lulus dengan Predikat Sangat Memuaskan

Koas di 4 Faskes Menyenangkan meski Terasa Berat

Satu lagi dokter asli Kalteng yang berhasil menyelesaikan pendidikan Fakultas…

Senin, 31 Juli 2023 15:53

Curahan Hati SF, Anak Didik Pemasyarakatan di Momen Hari Anak Nasional, Di Balik Terungku, Kumerindu Ibu

Anak SF sesenggukan di depan ratusan pasang mata. Tangisnya pecah…

Kamis, 06 Juli 2023 10:33

Menengok Rumah Produksi Batik Benang Bintik, “Siapa Saja yang Mau Belajar, Kami Sediakan Alatnya”

Bagi Anang dan Paramita (istri), membatik tidak hanya kegiatan bisnis,…

Rabu, 05 Juli 2023 00:20
Kontingen Kalteng Ikut Jumbara PMR IX Tingkat Nasional

Siti Nafsiah: Jaga Kekompakan, Harumkan Nama Daerah

Kontingen Kalteng telah dilepas mengikuti Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) Palang…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers