Harmoni Keberagaman dalam Gerak Tari

- Senin, 1 Mei 2023 | 12:40 WIB

PALANGKA RAYA-Suara gendang bertabuh kencang beriringan dengan suara petikan kecapi dalam tempo cepat. Satu dua penari memasuki panggung seraya bergerak simetris, dengan gerakan yang makin cepat seiring irama musik.

Pencahayaan panggung yang penuh warna-warni menciptakan kesan gemerlap. Gerakan penari yang cepat berganti seiring dengan lambat dan lajunya tempo musik latar, menampakkan kesan fleksibel. Mulanya hanya empat orang perempuan yang menari anggun sambil menenteng balanga (guci dalam bahasa Dayak Ngaju). Selang lima menit, muncul sesosok laki-laki yang tampil mengenakan baju adat Dayak, lengkap dengan tudung kepala berhiaskan taring besar seukuran telunjuk. Bergerak mengelilingi, lalu ikut menari bersama empat penari perempuan.

Lenggak-lenggok tubuh para penari dari Sanggar Seni dan Budaya Balanga Tingang itu mengekspresikan kondisi budaya masyarakat Kalteng dan peleburannya dalam aktivitas sosial masyarakat setempat.

Gong makin keras dan cepat ditabuh, tempo kecapi makin laju, alunan musik sekunder macam gendang, kenong, dan bedug juga mulai berbunyi, memperkaya instrumen musik latar. Satu per satu penari mulai memasuki panggung.

Dalam waktu kurang lebih 10 menit, 14 orang penari tampil utuh. Gerak dari masing-masing penari mulanya saling kontra. Namun perlahan melebur menjadi satu kesatuan, menciptakan harmoni tari yang ritmis dan simetris. Berpadu dengan alunan musik Dayak Kalteng yang kental. Para penari kemudian secara serentak menari menggunakan kipas kain beraneka warna.

Tarian merepresentasikan realitas sosial masyarakat Dayak yang menghargai perbedaan dan terbuka dengan akulturasi budaya. Koreografi yang ditampilkan mencerminkan kondisi sosial budaya masyarakat yang plural, menghargai perbedaan, dan fleksibilitasnya terhadap kebudayaan lain.

Pemandangan itu yang telihat di area parkir Taman Kuliner Tunggal Sangomang, Palangka Raya, Sabtu malam (29/4). Riuh rendah dengan berbagai penampilan tari-tarian dalam rangka memperingati Hari Tari Sedunia 2023.

Ada 33 komunitas budaya yang tampil malam itu. Bukan hanya Dayak, tapi juga kebudayaan lain seperti Jawa, Bali, Tiongkok, dan lainnya. Dari puluhan komunitas budaya yang unjuk gigi itu, Sanggar Seni dan Budaya Balanga Tingang salah satunya.

Putri Venisa, salah seorang penari yang juga merupakan koreografer tari dari Sanggar Seni dan Budaya Balanga Tingang itu menyebut, ada 14 penari yang tampil malam itu. Terdiri dari empat pria dan sepuluh wanita.

“Kami pilih konsep yang ada pria dan wanita karena kami ingin menggabungkan berbagai unsur tari, yakni tari dadas yang terkenal dibawakan oleh penari wanita, lalu tari Dayak Ngaju yang dominan dibawakan oleh laki-laki,” ungkapnya saat ditemui Kalteng Pos usai penampilan.

Wanita berusia 24 tahun ini menyebut, koreografi tari yang ditampilkan sanggranya malam itu merupakan hasil kolaborasi dari sejumlah gerak tari di Kalteng. “Terdiri dari tari kreasi yang dibikin dari tari dadas dan tari gelang bawo,” beber wanita yang mengaku terjun ke dunia sendratari sejak 2011.

Pemilik Sanggar Seni dan Budaya Balanga Tingang, Eka Noviana P Laman menyebut sudah mengarahkan para penari yang tergabung dalam Sanggar Seni dan Budaya Balanga Tingang untuk membuat koreografi tarian yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kalteng dalam simponi keberagaman.

“Jadi ada beberapa gerak tari dan sejumlah properti yang disimbolkan sebagai perlambangan keberagaman. Yang pertama tari balanga, yang mana para penari kami menari sembari memegang balanga, pada prinsipnya balanga itu tempat menyimpan sesuatu yang berharga,” jelasnya.

Balanga, lanjut wanita yang akrab disapa Novi itu, dalam konteks kehidupan bermasyarakat Kalteng, terkhusus di Kota Palangka Raya, difilosofikan sebagai wadah menyimpan untuk melestarikan berbagai macam entitas berharga, seperti harta kekayaan atapun atau benda berharga lainnya. Jika diibaratkan dalam realitas sosial masyarakat, balanga itu adalah Kalteng, yang mana Kalteng menyimpan berbagai macam suku dan kebudayaan yang tersimpul menjadi satu dalam keberagaman sebagai harta yang paling berharga.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X