Sekolah Terdampak Banjir, Jam Masuk Diundur, Guru dan Siswa Telat Dimaklumi

- Jumat, 16 September 2022 | 11:57 WIB
HINDARI SERAGAM BASAH: Salah satu murid SDN 1 Kameloh Baru melepas seragam sekolah agar terhindar dari air ketika di sekolah, Kamis (15/9).
HINDARI SERAGAM BASAH: Salah satu murid SDN 1 Kameloh Baru melepas seragam sekolah agar terhindar dari air ketika di sekolah, Kamis (15/9).

Sekolah di Kelurahan Kameloh Baru, Kecamatan Sebangau, Palangka Raya sepertinya sudah terbiasa menghadapi bencana banjir. Guru dan peserta didik bisa beradaptasi dengan kondisi, meski halaman sekolah digenangi air. Aktivitas belajar dan mengejar di dalam kelas tetap berjalan normal seperti biasa.

 

AKHMAD DHANI, Palangka Raya

 

KAMIS pagi (17/9), saya (penulis) berangkat menuju Kelurahan Kameloh Baru. Melihat secara langsung aktivitas belajar mengajar pada lembaga pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA di wilayah tersebut. Pagi itu cuaca begitu cerah. Perjalanan menuju sekolah pun dimulai. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, saya akhirnya sampai di lokasi tujuan.

Dalam satu kompleks, ada SDN 1 Kameloh Baru, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Satu Atap 3 Palangka Raya, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Palangka Raya. Ketiga sekolah berbeda jenjang itu tergabung dalam satu lingkungan yang dinamakan dengan Sekolah Satu Atap.

Sekolah ini tidak memiliki ruang khusus untuk kantor, baik kantor kepala sekolah maupun guru. Bangunan yang saat ini digunakan sebagai kantor dan ruang guru merupakan bekas rumah dinas.

Para peserta didik biasanya menggunakan transportasi swadaya untuk pergi-pulang sekolah. Ada juga yang harus ikut bersama para guru, baik berangkat maupun pulang. Namun mereka tidak pernah mengeluh dengan kondisi tersebut. Mereka justru makin termotivasi karena melihat semangat para guru.

Keterbatasan akses transportasi tidak menjadi alasan untuk malas ke sekolah. Seperti yang diutarakan Jelita, pelajar kelas VIII SMP Negeri Satu Atap 3 Palangka Raya.

Meski sedikit terganggu dengan adanya genangan air di halaman sekolah yang memaksanya harus naik kelotok, remaja putri berusia 15 tahun itu mengaku tetap bersemangat untuk sekolah meskipun keadaan cukup sulit.

“Harus tetap aktif sekolah meski banjir,” ucapnya lirih.

Sementara itu, salah satu murid sekolah dasar bernama Afriza mengaku bahwa banjir membuatnya tidak bisa berjalan kaki menuju sekolah bersama teman-teman seperti biasanya. Kini ia harus menumpang kelotok. Kendati demikian, bocah berusia enam tahun itu tetap bersemangat untuk menimba ilmu di sekolah.

Banjir yang menggenangi kompleks pendidikan itu sudah terjadi sejak seminggu lalu. Kondisi ini membuat aktivitas di luar ruang kelas tidak dapat dilakukan.

“Biasanya di halaman sekolah itu kami adakan upacara bendera, olahraga, dan aktivitas-aktivitas outdoor lainnya, tapi sekarang ini tidak bisa karena tergenang air,” tutur Kepala SMP Negeri Satu Atap 3 Palangka Raya Lewie.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Tujuh Daerah di Kalteng Ini Terima Teguran KPK

Jumat, 26 April 2024 | 10:45 WIB
X