Bangga Menggunakan Batik Benang Bintik

- Senin, 8 Agustus 2022 | 12:07 WIB
BATIK LOKAL: Berbagai batik motif benang bintik dipamerkan pada Festival UMKM dan Pariwisata Pesona Tambun Bungai di gedung KONI Kalteng, Sabtu (6/8).
BATIK LOKAL: Berbagai batik motif benang bintik dipamerkan pada Festival UMKM dan Pariwisata Pesona Tambun Bungai di gedung KONI Kalteng, Sabtu (6/8).

PALANGKA RAYA-Geliat Festival UMKM dan Pariwisata Pesona Tambun Bungai 2022 di gedung KONI Kalteng meriah. Ada pergelaran busana batik benang bintik, motif batik asli Kalteng. Sabtu (6/8) digelar berbagai acara bertajuk Kesah Benang Bintik dan pagelaran busana.

Paparan mengenai sejarah benang bintik dihadiri oleh budayawan Kusni Sulang, Bunga selaku pemilik UMKM Benang Bintik Kriya Griya Berkat Indah, dan Ibu Nunu Andriani Edy Pratowo (istri Wakil Gubernur Kalteng) yang mewakili Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kalteng. Acara tersebut dipandu Asrina Yanti dan dimoderatori oleh praktisi komunikasi Novita Chandra Wijaya.

Kegiatan siang itu diselenggarakan dalam rangka memberikan pengetahuan mengenai sejarah panjang asal usul benang bintik dan memberikan pemahaman bahwa benang bintik merupakan istilah yang seharusnya dipakai ketika menyebutkan wastra Kalteng (kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tertentu).

Sebagai pembicara utama saat itu, Nunu Andriani Edy Pratowo mengingatkan akan pentingnya memahami filosofi benang bintik dan sejarah terciptanya wastra tersebut.

“Sebagai salah satu warisan sejarah, penting bagi kita untuk memahami filosofi benang bintik sebagai wastra Kalimantan Tengah. Benang bintik merupakan perwujudan mimpi dari istri dari Gubernur Kalteng periode 1989-1993, yaitu Ibu Gubernur Suparmanto. Beliau berkeinginan untuk melestarikan produk kebudayaan Dayak, seperti anyaman, ukiran dalam rumah betang, dan tumbuh-tumbuhan alam khas Kalimantan dalam sebuah wadah. Dari mimpi itulah lahir sebuah wastra baru yang memindahkan motif ukiran, anyaman, dan tumbuh-tumbuhan tersebut ke dalam lembaran kain putih melalui proses membatik,” bebernya.

Nunu juga menceritakan pengalamannya mengenakan batik benang bintik dalam tiap kunjungan ke luar Kalimantan.

“Ketika ada yang bilang batik saya bagus sewaktu saya mengenakan batik benang bintik, saya dengan bangganya bilang; 'ini benang bintik'. Mereka lalu bertanya apa bedanya batik biasa dengan benang bintik, atau itu nama batiknya adalah benang bintik. Saya jelaskan bahwa benang dalam bahasa Dayak berarti lembaran kain putih dan bintik adalah tulisan atau lukisan yang menghiasi lembaran kain putih tadi dengan berbagai macam motif, seperti tanaman, seni dan budaya yang ada di Kalteng, dan juga dari kerajinan-kerajinan yang ada di Kalteng seperti anyaman dan ukiran,” tuturnya.

Sementara itu, Bunga selaku pengusaha UMKM Batik Benang Bintik Griya Karya Indah yang juga diundang sebagai narasumber, menceritakan awal mula dirinya berkenalan dengan dunia batik hingga bisa membuka usaha batik seperti sekarang ini.

 

“Saat itu di masa Pak Suparmanto menjabat sebagai gubernur, Ibu Suparmanto kurang lebih dua tahun menjabat sebagai ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kala itu Kalteng belum ada yang namanya suvenir untuk diberikan ketika ada tamu berkunjung ke Palangka Raya. Nah, saat itu saya masih duduk di bangku SLTA. Waktu itu hanya ada lima kabupaten, yaitu Kuala Kapuas, Buntok, Muara Teweh, Sampit, dan Pangkalan Bun. Beliau punya keinginan besar supaya Kalteng ini punya batik. Kemudian beliau membuat suatu program, di mana setiap kabupaten mengirim satu peserta yang akan dikirim ke Pekalongan untuk belajar membatik di sana selama satu bulan,” kenang Bunga.

Ia juga menceritakan perjuangannya dalam merintis bisnis batik benang bintik hingga sebesar sekarang ini. Awal merintis bisnis batik dengan model desain baru ini terkendala sumber daya manusia (SDM) lokal. Karyawan yang direkrutnya, yakni anak-anak muda putus sekolah dari sejumlah kampung, kebanyakan ingin kembali ke kampung masing-masing, karena terlena dengan kenyamanan di kampung. Hal itu berdampak buruk bagi usahanya. Satu per satu karyawan mengundurkan diri. Bisnis yang ia rintis itu pun mulai goyah karena kekurangan karyawan untuk produksi. Kemudian Bunga bertemu tokoh batik kondang, (alm) Iwan Tirta. Kesempatan itu tak disia-siakannya. Ada banyak hal yang dibicarakan. Nasihat dan masukan dari (alm) Iwan Tirta memberi pengaruh besar pada bisnisnya. Salah satu saran yang diikuti Bunga yakni pindah tempat produksi ke lokasi strategis, seperti Pulau Jawa.

“Kalau Kalimantan Tengah ingin dikenal, otomatis harus mengesampingkan dulu keinginan untuk produksi di Kalimantan Tengah, karena kalau saya sibuk ngurus SDM-nya, lama-lama saya yang niatnya ingin membina, tetapi lama-lama saya yang binasa. Akhirnya saya ikuti saran beliau (pindah basis produksi ke Pulau Jawa). Beliau bantu mendesain motif, sempat masuk ke bukunya beliau juga, beliau juga membantu masalah pewarnaan,” jelasnya.

Sementara narasumber ketiga, Kusni Sulang, merupakan budayawan ulung Kalteng yang malang melintang meneliti kebudayaan masyarakat Dayak Kalteng, hadir secara daring melalui Zoom Meeting. Ia memaparkan sejarah dan asal-usul batik benang bintik yang menjadi ikon batik Bumi Tambun Bungai.

“Saya tidak setuju jika dikatakan benang bintik merupakan warisan tradisional. Benang bintik adalah suatu karya baru yang memadukan berbagai unsur kebudayaan dari berbagai etnik. Jadi, bisa dikatakan benang bintik adalah karya hibrida, hasil akulturasi,” tuturnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X