Setelah beranjak dari Masjid Quba, rombongan langsung menuju lokasi karantina. Hayah Hotels tempat saya dan jemaah mejalani karantina. Tidak boleh keluar hotel hingga hasil PCR dari pihak kesehatan Arab Saudi keluar.
HUSRIN A LATIF, Madinah
AKHIRNYA, sampai juga di halaman Hayah Golden Hotel. Para jemaah turun dan langsung menuju restoran. Bukan untuk makan, melainkan menunggu kunci kamar dibagi. Owner PT Raihan Alya Tour Ustaz HM Al-Ghifari turun langsung membagikan kunci kepada jemaah. Satu kamar diisi empat orang.
Saya (penulis) sekamar dengan Albert M Sholeh, Eko Suratno dan Deddy. Nama saya dipanggil untuk mengambil kunci kamar. Di kunci kamar tertera nomor 304.
"Kamarnya di lantai 3. Silahkan bagi yang sudah mendapat kunci segera istirahat masuk ke kamar masing-masing," pinta ustaz Ghifari.
Saya dan tiga jemaah sekamar langsung naik menggunakan lift ke lantai 3. Sedangkan koper dan tas dari dalam bus
langsung diantar oleh petugas hotel. Kondisi hotelnya bersih. Ketika masuk empat tempat tidur berjejer. Perlengkapan juga cukup, ada TV, AC. Bonusnya, kamar langsung menghadap ke Masjid Nabawi. Terlihat jelas halaman dan menara-menara masjid ketiga yang dibangun dalam sejarah Islam itu.
Kami pun bergantian mandi. Lalu ganti baju. Sesaat kemudian tim katering mengecek ke seluruh kamar mencatat jumlah penghuni. Itu untuk memudahkan pembagian makan malam dan minuman serta keperluan jemaah lain. Mulai dari penukaran mata uang Riyal, perlengkapan mandi dan lain sebagainya.
Malam pertama menjalani karantina, menu makanya cukup bersahabat. Porsinya cukup banyak untuk seukuran saya orang Kalimantan. Masakan kambing. Mirip seperti masakan kare. Langsung diantar ke kamar masing-masing. Rasanya sedikit pedas. Ada terlihat kayu manis dipadu dengan sayur tumisan wortel, kol dan jagung.
Porsi nasinya lebih banyak dan masih hangat ketika dibagikan kepada jemaah. Cukup menggugah selera makan malam setelah hampir 12 jam berada di perjalanan. Selesai santap malam, kami langsung istirahat tidur.
Ustaz Ghifari terus mewanti-wanti seluruh jemaah untuk tetap berada di hotel selama masa karantina selesai. Ketika rombongan singgah di Masjid Quba, sebutnya, sebenarnya hanya kebijakan pihak agen travel saja, karena secara aturannya tidak dibolehkan. Termasuk menjalankan salat subuh berjemaah di selasar kamar hotel, hal tersebut kata ustaz merupakan kebijakan pribadi.
"Alhamdulillah, kemarin kita bisa singgah dan salat di Masjid Quba. Insyaallah kalau masa karantina selesai kita akan ke sana lagi (Masjid Quba, red). Untuk sekarang kita harus patuhi aturan karantina. Tidak boleh keluar kamar dulu. Salatnya di kamar masing-masing. Kecuali subuh dan salat magrib kita berjemaah di depan kamar," kata ustaz kondang yang juga memiliki bisnis butik dan kuliner di Palangka Raya ini.
Subuh pertama di tempat karantina. Kami melaksanakan salat jemaah di depan kamar hotel, di selasar hotel lantai 3. Ustaz Ghifari langsung bertindak sebagai imam. Usai subuh berjemaah dilanjutkan dengan pembacaan surah Yasin. "Dari pada di kamar, kita isi dengan membaca surah Yasin," katanya.
Selesai melantunkan sudah Yasin. Ustaz HM Al-Ghifari melanjutkan dengan tausiyah singkat dan menyampaikan informasi kepada seluruh jemaah mengenai pelaksanaan umrah.
"Orang yang Allah SWT berikan dunia, boleh jadi Allah cintai dan tidak. Mungkin usaha lancar, rejekinya bagus, jabatannya tinggi boleh jadi Allah cintai atau tidak Allah cintai. Tetapi, yang Allah ringankan hatinya ingin beribadah kepada Allah, sakit hati kalau ketinggalan salat lima waktu, maka dipastikan orang tersebut adalah orang yang dicintai Allah SWT," demikian penggalan singkat isi tausiyah subuh.
"Mudah-mudahan pian yang sembahyang subuh di sini. Mudah-mudahan dengan semangat kita beribadah kepada Allah SWT, Ini tanda kita semua dicintai oleh Allah SWT," katanya diamini seluruh jemaah salat Subuh. (ram)