Banjir Besar di Kalteng, Alasan Paling Aman Ya...Menyalahkan Hujan

- Minggu, 26 September 2021 | 14:11 WIB

Banjir di Kabupaten Katingan terjadi mulai 20 Agustus lalu. Sejauh ini belum semuanya surut. Pemangku kebijakan menyebut curah hujan tinggi, dan dangkalnya sungai menjadi penyebab 1.387.600 hektare terdampak dari total luas Katingan 1.780.000 hektare. Namun, masyarakat sadar, bukan hujan alasan utamanya.

 

AGUS JAYA-DENAR-JERI, Kasongan

ANISA-EMANUEL, Palangka Raya

 

MINGGU tak lagi kelabu. Memasuki pekan terakhir, September benar-benar ceria. Ya. Seperti judul sebuah lagu yang dilantunkan Vina Panduwinata, September Ceria. Banjir perlahan sirna. Meski belum semuanya.

Roda kendaraan berputar semestinya. Kaki melangkah tanpa ragu di antara sisa bencana. Denyut aktivitas warga sudah terasa. Aspal terlihat tebal. Baskara dengan percaya diri bersinar kekal.

Jalur utama terbuka. Tak ada lagi genangan air yang menjadi wahana anak ular mencari induknya. Dengan kendaraan roda dua, penulis menyisir permukiman yang sebelumnya digenangi air setinggi dada orang dewasa. Suasananya tampak berbeda. Ilalang yang sebelumnya tenggelam, kembali melambai-lambai bak menyapa mata yang memandang. Sungguh membangkitkan semangat.

Kawasan padat penduduk di sekitar Pasar Kasongan Lama, Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir itu kembali bernyawa. Warga sibuk bersih-bersih rumahnya. Perabotan wajib rumah tangga seperti kursi, meja, lemari, televisi, dan kasur diletakkan di pelataran rumah. Dipaksa menguap oleh terik sang surya.

Penulis pun coba mendekat ke rumah Tati yang ada di Jalan Bukit Raya. Ibu rumah tangga itu tampak sibuk mengangkat keluar kursi tamu untuk dijemur. Kursi berwarna cokelat itu masih ditempeli lumpur yang mulai mengering.

Sudah dua hari Tati membersihkan rumah dari lumpur sisa banjir. Lebih dari sepekan meninggalkan rumah bersama anaknya, dan tinggal sementara di gereja yang dijadikan lokasi pengungsian. Ketinggian air saat itu sampai dada. Saat mengungsi, Tati hanya sempat menyelamatkan dokumen dan surat-surat penting. Perkakas rumah tangga memang tak sepenuhnya diselamatkan di tempat yang agak tinggi. “Enggak sempat lagi menyelamatkan kursi dan kasur,” katanya.

Dari tempat itu, penulis beranjak ke Desa Tewang Kadamba. Desa yang ada di bantaran Sungai Katingan. Menempuh jarak 20 kilometer dari pusat kota. Banjir surut belum genap 72 jam ketika penulis menginjakkan kaki di sana. Masih banyak terdapat rumah panggung di desa itu. Jalan aspal yang penulis lewati sebagian besar terkikis arus air kala banjir. Warga sibuk membenahi rumah masing-masing.

Ketua RT 03/RW 01, Desa Tewang Kedamba, Berliansi menceritakan kembali bencana banjir yang melanda desanya. Banjir terjadi dua minggu lamanya. Saking dahsyatnya banjir kali ini, hampir seluruh rumah warga terendam. Tinggi air sampai mencapai leher orang dewasa.

“Seumur-umur saya tinggal di rumah orang tua saya ini, belum pernah lihat air sebanyak ini, bahkan sampai masuk rumah,” ungkapnya sedih.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Tujuh Daerah di Kalteng Ini Terima Teguran KPK

Jumat, 26 April 2024 | 10:45 WIB
X