Mengunjungi Gereja Katolik Tertua di Kalteng yang Masuk Cagar Budaya

- Kamis, 9 September 2021 | 12:11 WIB
BERDIRI KOKOH : Bangunan Gereja Katedral Santa Maria di Jalan Tjilik Riwut Km 1, Palangka Raya, Rabu (8/9). DENAR/KALTENG POS
BERDIRI KOKOH : Bangunan Gereja Katedral Santa Maria di Jalan Tjilik Riwut Km 1, Palangka Raya, Rabu (8/9). DENAR/KALTENG POS

Keberadaan Gereja Katedral St Maria Palangka Raya menjadi simbol kehadiran umat Katolik di Bumi Tambun Bungai. Bangunan yang berdiri kokoh dan megah di Jalan Tjilik Riwut Km 1 Palangka Raya tersebut menjadi salah satu gereja Katolik tertua di Kalteng yang diresmikan pada 1 Maret 1963.

 

EMANUEL LIU, Palangka Raya

 

KATEDRAL berasal dari bahasa latin yaitu dari kata cathedral yang berarti kursi tahta bagi pemimpin umat Katolik seperti paus dan uskup serta merupakan tempat uskup memberikan ajaran, kepemimpinan, merayakan ekaristi dan lainnya yang berpusat di gereja katedral tersebut.

Paroki Santa Perawan Maria Palangka Raya diresmikan Uskup Banjarmasin Mgr W Demarteau MSF pada 1 Maret 1963. Namun tahun 1955 sudah ada umat Katolik, diantaranya keluarga Tjilik Riwut (mantan gubernur Kalteng yang juga pahlawan nasional).

Tahun 1959, kantor pemerintahan mulai dipindahkan dari Banjarmasin ke Palangka Raya, sehingga dengan sendirinya para pegawai yang beragama Katolik pun berpindah dan terus bertambah jumlahnya.

"Setelah mendapatkan sebidang tanah seluas 10.000 M2 dari pemerintah daerah, bantuan diperluas lagi sebesar 175 M2. Berkat kerja sama yang baik, kemudian diperoleh tambahan tanah di Jalan H Oesman Baboe yang saat ini adalah Jalan Tjilik Riwut," kata Uskup Palangka Raya Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka MSF kepada Kalteng Pos di Keuskupan Palangka Raya, Rabu (8/9).

Ditambahkannya, kendati masih sangat sedikit umat dan tempat tinggal yang berjauhan, namun tidak menyurutkan semangat untuk berkumpul dan mengikuti ibadat sabda setiap hari Minggu dan dipimpin kepala kanwil sebagai ketua umat.

Baru pada tahun 1963, umat Katolik di Palangka Raya mendapatkan seorang pastor yang menetap yaitu Karl Klein MSF yang kemudian mampu mendirikan sebuah kapel (gereja kecil) dan dipergunakan sebagai rumah ibadat. Kapel tersebut diresmikan Mgr W Demarteau tanggal 1 Maret 1963 sekaligus sebagai momen berdirinya Paroki St Maria Palangka Raya.

Tahun 1965, umat Katolik sudah mencapai 200 jiwa dan kapel itu sudah tidak mampu menampung lagi. Sehingga muncul gagasan untuk membangun gereja baru yang terwujud tahun 1965 melalui acara peletakan batu pertama.

"Arsitek bangunan gereja ini sesuai dengan pesan Tjilik Riwut untuk memasukan unsur angka 17,8 dan 45 sebagai simbol hari kemerdekaan RI. Sehingga diwujudkan dalam bentuk 17 tiang, segi delapan bentuk gereja dan tegel pertama altar berjumlah 45 buah," tambahnya.

Setelah itu, pada 3 April 1967, Gereja Paroki St Perawan Maria diberkati dan diresmikan Mgr W Demarteau MSF yang dibarengi dengan didirikannya SD Katolik St Yohanes Don Bosco dan SMPK Santo Paulus Palangka Raya.

Setelah sekian lama, wilayah paroki ini dilayani pastor dari Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF), sehingga tahun 1984 Uskup Banjarmasin Mgr FX Prajasuta MSF menyerahkan pelayanan kepada Kongregasi Serikat Sabran Allah (SVD) dengan pastor parokinya P Clemens Cletus Da Cunha SVD didampingi Pastor Gabriel Kalen Wujon SVD. Jumlah umat katolik saat itu berkisar 1.180 jiwa.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X