Menikmati Akhir Pekan Di Kedai Itah, Berasa Di Kampung Halaman

- Rabu, 4 Agustus 2021 | 13:38 WIB
MEMESAN: Salah satu pengunjung memesan makanan di Kedai Itah, belum lama ini. ANISA/KALTENG POS
MEMESAN: Salah satu pengunjung memesan makanan di Kedai Itah, belum lama ini. ANISA/KALTENG POS

Back To Nature, begitulah konsep Kedai Itah. Nuansa pedesaan begitu terasa. Menyeruput kelapa muda dan menyantap nasi jagung. Rempeyek yang renyah melengkapi santapan akhir pekan.

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

MENIKMATI hidangan menu khas pedesaan terkadang menjadi kerinduan para perantau yang jauh dari kampung halaman. Kedai Itah yang beralamatkan di Jalan Bukit Tunggal, Suka Mulia, Tangkiling, Bukit Batu, Kota Palangka Raya ini memberikan nuansa pedesaan lengkap dengan menu-menunya.

Nasi jagung, nasi tiwul, gado-gado dan pecel. Makanan yang masih lestari ini disajikan oleh Kedai Itah yang diolah dari dapur tetangga. Iya, makanan itu tidak tersedia di Kedai Itah tetapi diolah dari beberapa dapur di lingkungan sekitar. Kedai ini tidak hanya berkonsepkan menyatunya alam dengan aktivitas manusia, tetapi juga menyatunya sosial masyarakat.

Sesuai konsepnya, kedai ini mengolah hasil kebun ke meja makan dan kembali ke kebun lagi. Sekaligus mengurangi sampah plastik sehingga lebih banyak menggunakan bahan yang bisa didaur ulang dan kembali ke kebun. Seperti daun pisang yang digunakan untuk bungkus makanan itu bisa didaur ulang dan menjadi pupuk.

Salah satu volunter Kedai Itah Ashadi Ragil mengatakan, sebelum Kedai Itah ini berdiri, ia yang bernaung di Yayasan Permakultur Kaliamnyan ini memang sudah sejak lama mengurangi sampah plastik dan menggantikannya dengan bahan-bahan yang bisa kembali ke alam.

“Makanan di sini dibungkus dengan daun pisang, sedotan dari purun, kelapa langsung dengan batoknya, namun ada sampah dari kotak susu yang tidak bisa didaur ulang menjadi pupuk tetapi tetap kita manfaatkan dengan cara dipres menjadi bata,” katanya saat diwawancarai di Kedai Itah, belum lama ini.

Diungkapkannya, dengan konsep ini pihaknya secara tidak langsung juga ingin menyampaikan pesan kepada pengunjung agar mengurangi sampah plastik. Melalui Kedai Itah dapat memberikan contoh kepada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. “Dengan konsep kami ini minimal kami tidak lagi menambah jumlah limbah, seperti diketahui saat ini bahwa Indonesia darurat sampah plastik,” ungkapnya.

Ide berdirnya kedai ini berawal dari kumpulnya para komunitas yang belajar bersama, sharing dan berbagai di Yayasan Permakultur Kalimantan. Untuk menyediakan wadah bagi para komunitas, akhirnya berdirilah kedai ini.Tak disangka, setelah kedai yang berdiri pada awal 2020 lalu ini akhirnya banyak dikunjungan masyarakat.

“Awalnya kedai ini sebagai wadah para komunitas, tetapi lama-lama banyak dikunjungi masyarakat secara umum,” katanya.

Awalnya pun, menu yang disajikan hanya beberapa saja. Semua yang disajikan berasal dari kebun yang dikelola oleh Permakukultur seperti singkong, kepala, jamur dan beberapa lainnya. Namun, semakin ramainya masyarakat yang datang maka menu ditambah.

“Untuk menambah varian menu kami menggandeng masyarakat sekitar, hingga menu saat ini yang ada cukup bervarian, kami pun membuka bagi siapapun yang manu menjual produksinya di kedai ini,” ucap pria 23 tahun ini.

Menariknya lagi, kedai yang dikonsep menyatu dengan alam ini benar-benar terasa. Kesederhanaan yang ditonjolkan justru menjadi daya tarik para pengunjung. Sangat berbeda jauh dengan fasilitas yang ditonjolkan di kafe-kafe perkotaan. Jika kafe atau kedai di perkotaan berlomba-lomba memberikan wifi, ruangan dingin berAC, kusri empuk atau mewah, tetapi tidak dengan kedai ini yang betul-betul menyatu dengan alam.

“Fasilitas yang bisa kami berikan hanya dengan duduk di tanah beralaskan selembar karpet dan kanan kiri kebun seluas dua kavling,” ucap pria alumni Univeristas Palangka Raya jurusan Program Studi Agroteknologi ini.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X