Enam Bulan, Ada 196 Kali Kebakaran Lahan di Kalteng

- Rabu, 16 Juni 2021 | 17:22 WIB
ilustrasi
ilustrasi

PALANGKA RAYA- Pemadam gabungan baik dari kepolisian, BPBD, dan relawan berjibaku melawan api. Kegelapan malam tak jadi penghalang untuk memadamkan sepetak lahan gambut di Jalan Tjilik Riwut Km 16 yang terbakar, Senin malam (14/6). Belum diketahui pasti, apakah lahan yang sudah dibersihkan sebelumnya itu ada dugaan kesengajaan atau tidak. Polisi sejauh ini masih melakukan penyelidikan.

"Untuk penyebab, dan luas lahan yang terbakar masih dalam penyelidikan,"ucap Kapolsek Bukit Batu Ipda Dedi Satrya Wiranto saat di lokasi.

Petugas mendapat laporan sekitar pukul 22.00 WIB. Api sendiri sudah bisa dikuasai kurang dari satu jam. Polisi pun mengorek keterangan dari penjaga lahan. Sumiati (47) dan suami menempati rumah kayu persis berdekatan dengan lahan itu. Dia mengatakan baru dua bulan berdiam di lokasi, dan mengaku tidak tahu menahu ikhwal awal mula api. Pemilik lahan sendiri bernama Rapius yang berada di Lamandau.

Sumiati bersama suaminya baru mengetahui adanya kebaran setiba dari pusat Kota Palangka Raya membeli peralatan perkebunan. "Saat itu saya sama suami lagi bertamu ke rumah teman usai dari Palangka Raya belanja alat kebun, pas pukul 22.00 WIB saya lihat banyak mobil pemadam lewat, akhirnya saya berdua suami bergegas pulang dan ternyata lahan di belakang rumah saya terbakar,"ungkapnya Kepada Kalteng Pos. "Saat berangkat sekitar pukul 19.00 WIB, tidak ada membakar sisa-sisa tebasan, memang ada di situ bekas lahan yang dibersihkan saat membangun rumah, itupun hanya beberapa luasnya, dan tidak dibakar,"tambahnya.

Terpisah, Alfandy,selaku Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Tjilik Riwut Palangka Raya mengatakan, sebagian wilayah Kalteng khususnya di wilayah bagian tenggara sudah memasuki musim kemarau. Sedangkan di sebagian wilayah lain memasuki pergantian musim pancaroba.

“Bisa dikatakan untuk saat ini hampir sekitar 70 persen wilayah Kalteng memasuki masa pergantian musim dari hujan ke kemarau,” ujar Alfandy saat ditemui di kantornya, Selasa (15/6).

BMKG memperkirakan musim kemarau kali ini akan lebih kering dari pada pada musim kemarau tahun lalu. Hal ini dikarenakan pada tahun lalu terjadi fenomena La Nina di Indonesia. Konsekuensinya, potensi muncul hot spot atau titik api sejumlah wilayah Kalteng akan lebih besar. Terutama wilayah pesisir atau di wilayah bertanah gambut yang dianggap daerah paling rawan terjadi kebakaran.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Provinsi Kalteng Erlin Hardi menyebut, data yang ada saat ini, mulai dari Januari-15 Juni, ada 196 kejadian kebakaran lahan. 700 titik panas, dan 960 hektare lahan terbakar sesuai dengan pantauan satelit. Untuk titik api yang berpotensi terjadi di wilayah konsesi atau taman nasional, sementara ini belum ditemukan. Namun ada kebakaran kecil yang dilakukan masyarakat tetapi bisa dipadamkan.

"Kita akan terus melakukan koordinasi dengan BMKG terkait prakiraan cuaca tersebut, sebagai acuan untuk menetapkan status ke depan,"katanya.

 

Untuk daerah yang status siaga darurat ada lima kabupaten. Yaiitu Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Sukamara, Barito Selatan dan Seruyan.

"Meskipun dalam kondisi siaga, kami tetap terus melakukan pemantauan adanya titik api yang timbul nanti. Jika ditemukan maka harus dipastikan. Jika terjangkau maka akan terjun langsung kelapangan melakukan pemadaman dan lainnya," sebutnya.

Dengan adanya status yang ditetapkan kabupaten/kota, meskipun banyak yang belum menetapkan status maka pihaknya terus memberikan sosialisasi terkait kesiapsiagaan dan meminta kepada Kabupaten kota untuk memantau daerah masing-masing yang memiliki potensi karhutla.

"Kalau daerah yang sudah menetapkan status tentu ada tim dan poskonya sehingga rutin melakukan pemantauan titik panas. Kita juga merasa sangat terbantu dengan tim dan relawan serta anggota TNI Polri yang tergabung dalam posko itu," lanjutnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X