Dokter Anak Tidak Merekomendasikan Pelaksanaan PTM Segera

- Selasa, 4 Mei 2021 | 10:36 WIB
ilustrasi
ilustrasi

RENCANA pemerintah melaksanakan PTM tidak sepenuhnya didukung oleh semua pihak. Salah satunya yakni Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang belum merekomendasikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka.

Ketua IDAI Kalteng Ni Made Yuliari Abdiwati mengatakan, IDAI pusat sudah mengeluarkan pernyataan tidak merekomendasikan pembelajaran tatap muka. Namun apabila pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan, IDAI memberi beberapa rekomendasi untuk diterapkan saat pelaksanaan PTM.

Diungkapkan Ni Made, IDAI Kalteng tentunya sejalan mengikuti rekomendasi IDAI pusat. Rekomendasi dari pusat itu berlaku juga di Kalteng dan di seluruh wilayah Indonesia.

“IDAI pusat sudah mengeluarkan rekomendasi, tentu kami sejalan dengan IDAI pusat,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat (30/4).

Ia menambahkan, menyikapi rencana pemerintah tersebut, IDAI telah melakukan beberapa kajian. Di antaranya, memperhatikan hak-hak anak berdasarkan konvensi hak-hak anak dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 20 November 1989 dan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 36 Tahun 1990.

“Selanjutnya juga melihat perkembangan kasus Covid-19 secara nasional yang meningkat kembali, ditemukan varian baru virus corona sejak Maret lalu, serta saat ini cakupan imunisasi Covid-19 di Indonesia belum mencapai target,” ungkapnya kepada Kalteng Pos.

Dikatakannya, berdasarkan rekomendasi pusat, ada beberapa panduan yang bisa diperhatikan pihak sekolah selaku penyelenggara pembelajaran tatap muka maupun evaluator. Di antaranya, semua guru dan pengurus sekolah yang berhubungan dengan anak dan orang tua atau pengasuh harus sudah divaksin.

“Dalam pembelajaran kelompok, dibuat kelompok belajar kecil, nantinya kelompok inilah yang berinteraksi secara terbatas di sekolah,” katanya kepada Kalteng Pos.

Tujuannya, tutur Ni Made, apabila ditemukan kasus terkonfirmasi positif, maka tracking kontak dapat dilakukan secara efisien. Sekolah juga perlu mengatur jam masuk dan pulang untuk menghindari terjadinya penumpukan siswa.

“Termasuk penjagaan di gerbang sekolah dan pengawasan yang disiplin guna menghindari kerumunan peserta didik. Kepada orang tau, jika menggunakan kendaraan antar dan jemput, harus menggunakan masker, menjaga jarak, serta memperhatikan sirkulasi udara dengan cara membuka jendela mobil,” bebernya.

Terkait pelaksanaan pembelajaran tatap muka di kelas, sebaiknya jendela selalu dibuka. Pada ruangan dengan sirkulasi tertutup, direkomendasikan untuk menggunakan high efficiency particulate air (HEPA) filter atau sekolah dapat menggunakan area outdoor.

“Sekolah membuat pemetaan risiko, seperti adakah siswa atau orang tua dengan komorbid atau tinggal bersama lansia maupun guru dengan komorbid, serta kondisi kesehatan atau medis,” ucapnya.

Menurut Ni Made, anak-anak dengan komorbiditas atau penyakit kronik sebaiknya tetap melaksanakan pembelajaran secara daring. Komorbiditas yang dimaksud yakni diabetes mellitus, penyakit jantung, keganasan, penyakit autoimun, HIV, penyakit ginjal kronik, penyakit paru kronis, obesitas, dan sindrom tertentu.

“Idealnya, sebelum dilaksanakan pembelajaran tatap muka, semua peserta didik, guru, dan petugas sekolah ikut pemeriksaan swab, itu harus dilakukan secara berkala,” kata dia.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X