Kerja Keras dan Menang Melawan Malas

- Sabtu, 24 Oktober 2020 | 13:38 WIB
Fia Delfia Adventy
Fia Delfia Adventy

CITA-cita menjadi seorang dokter telah tertanam dalam benak dr Fia kecil, meski saat itu ia belum paham seluk-beluk tentang dokter. Keinginan menjadi dokter tumbuh perlahan. Apalagi semasa kecil ia sering jatuh sakit. Beberapa kali keluar masuk rumah sakit (RS). Ia pun sering berhadapan dengan seorang dokter.

Wanita yang memiliki nama panjang Fia Delfia Adventy saat ini sudah meraih cita-citanya. 30 September lalu, dr Fia menjadi satu dari 32 dokter baru angkatan XV lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Palangka Raya (UPR) yang dilantik dan diambil sumpahnya.

Perjalanan menggapai cita-cita dimulai enam tahun yang lalu. Melalui jalur mandiri, ia berhasil lolos dalam penjaringan mahasiswa FK UPR. Tidak mudah, dari awal pendaftaran saja sudah sangat terasa perjuangan. “Dari masuk saja sudah sangat terasa perjuangannya, saya mampu lolos 50 peserta sesuai kuota yang disediakan, padahal saat itu ada ratusan orang yang mendaftar ke FK UPR,” ucapnya kepada Kalteng Pos, Jumat (23/10).

Itu masih tahap pertama. Perjalanan menggapai cita-citanya masih harus terus berjalan hingga beberapa tahun ke depan. Belum lagi ia harus melawan tantangan dari dalam diri. Seperti mahasiswa pada umumnya, rasa malas selalu hadir setiap saat. Namun, menjadi calon dokter harus bisa menghilangkan rasa malas itu.

“Kata pembimbing, menjadi dokter itu, selain pintar juga harus rajin. Jika tidak, maka tidak akan lulus tepat waktu,” katanya. Dengan kerja keras dan semangatnya ia mampu menyelesaikan pendidikan preklinik kedokteran dalam tiga tahun. Waktu ini merupakan studi tercepat di kedokteran.

“Saya sangat bersyukur bisa menyelesaikan pendidikan preklinik saya dengan waktu tiga tahun saja. Itu sudah selesai semua, termasuk penelitian skripsi saya,” tegas wanita Dayak asli dari Barito Selatan ini.

Tak hanya itu, setelah menyelesaikan preklinik tepat waktu, ia juga bisa menyelesaikan tugas menjadi dokter muda di RS hanya dalam waktu dua tahun. Waktu ini juga masa tercepat dalam fase memasuki klinik.

“Padahal, masa-masa koas selama dua tahun di RS ini sangat terasa perjuangannya, membutuhkan waktu yang bener-bener fokus untuk studi. Untungnya saya orang yang fokus dan tidak memikirkan hal-hal lain selain tugas saya di RS, sehingga dengan cepat saya dapat menyelesaikan tugas saya itu,” beber wanita berparas ayu ini.

Di masa ini pula, lanjut dr Fia, merupakan kondisi yang membentuk seseorang menjadi dokter yang harus siap kapan saja. Dahulu, berada di RS selama 32 jam merupakan waktu yang sangat melelahkan. Dan itu tantangan sebagai dokter.

“Ternyata masa-masa itu sangat bermanfaat saat ini. Dahulu saya sangat berat melewati masa itu, tapi saat ini menjalani aktivitas demikian suatu hal yang biasa. Ternyata masa-masa itu membentuk saya agar siap kapan saja tanpa rasa terbebani menjalani pekerjaan sebagai dokter,” ungkapnya.

Ketika seseorang memilih profesi sebagai dokter, maka ia harus selalu siap dan sigap setiap saat. “Satu momen yang sangat membentuk saya, suatu hari pada pukul 01.00 WIB ada operasi mendadak. Posisi saya saat itu di rumah. Tanpa alasan apa pun saya siap dan datang ke RS,” ujar perempuan yang memiliki hobi berpidato dan mengajar ini.

Ada kebanggaan yang ia rasakan selama perjalanan hidupnya dan setelah sah menjadi seorang dokter. Dari perjalanannya yang begitu panjang dan penuh perjuangan, ia mampu menyelesaikan pendidikan dalam waktu yang cepat. Selain bangga terhadap diri sendiri, juga mampu membanggakan orang tua. “Dengan menyelesaikan pendidikan tepat waktu dapat meringankan beban orang tua dalam hal biaya,” ujar wanita yang lahir 8 Desember 1996 ini.

Hal ini pula yang membentuk dirinya dapat memposisikan sesuatu yang menjadi prioritas. Iya, profesinya menjadi dokter juga harus menyita waktu pribadi maupun waktu bersama keluarga. “Karena menjadi dokter itu berhubungan dengan nyawa seseorang, harus diutamakan,” ucap dr Fia yang pernah membuat karya ilmiah soal nanas parigi Barsel itu. (abw/ce/ram)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X