Muhamad Aditia, Memberi Semangat Teman dan Guru lewat Lagu

- Selasa, 29 September 2020 | 10:38 WIB
SALING MENGUATKAN: Muhamad Aditia ditemani ibunya Wida Widya Wati saat melantunkan lagu yang dipersembahkan khusus untuk teman dan gurunya. DENAR/KALTENG POS
SALING MENGUATKAN: Muhamad Aditia ditemani ibunya Wida Widya Wati saat melantunkan lagu yang dipersembahkan khusus untuk teman dan gurunya. DENAR/KALTENG POS

Penonton begitu menghayati ketika Muhamad Aditia menyanyi. Tak sedikit yang menyeka air mata. Haru dan bangga. Sore itu Aditia berhasil menghipnosis ratusan pasang mata.

 

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

“TAK ada manusia yang terlahir sempurna. Jangan kau sesali segala yang telah terjadi. Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat. Seakan hidup ini tak ada artinya lagi. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik” Begitulah penggalan lirik lagu band D’Masiv berjudul Jangan Menyerah. Dinyanyikan salah satu peserta Inovasi Literasi, Muhammad Aditia, di halaman Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispursip) Kalteng yang bekerja sama dengan Euroweek Indonesia, Rabu (23/9). Suaranya memang tak semerdu penyanyi asli. Namun, lagu yang ia bawakan memberi pesan dan kesan yang begitu mendalam.

Musik baru saja diputar operator. Suasana hening. Hanya terdengar suara beberapa kendaraan yang melintas. Padangan mata audiens tertuju pada seorang anak kecil yang duduk di kereta dorong, tempat yang disediakan dengan hiasan olahan barang bekas yang juga kreasi anak-anak disabilitas.

Dengan raut wajahnya yang polos, tatapan mata santai, dan sedikit senyum simpul, Aditia mampu menghipnosis penonton hanya dengan bait pertama dari lirik yang ia nyanyikan. Beberapa orang meneteskan air mata. Beberapa lainnya menunjukkan raut sedih dan perhatian. Semua penonton bangga dengan Aditia.

Rangkaian lirik lagu sudah Aditia nyanyikan. Pesan yang ia sampaikan melalui lagu untuk teman-temannya sudah tunai. Tepuk tangan meriah bersahutan memberikan apresiasi kepada anak laki-laki berusia 11 tahun itu. Iya, usianya sudah 11 tahun. Namun, sebagai disabilitas tunadaksa, tubuh bocah ini layaknya bayi beberapa tahun saja.

Aditia memang sengaja ingin mempersembahkan lagu berjudul Jangan Menyerah khusus untuk teman-temannya yang menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Palangka Raya serta kepada siapa pun yang juga mengalami kekurangan seperti dirinya.

“Iya, memang ingin menyanyi lagu itu untuk teman-teman, supaya jangan menyerah dengan keadaan seperti ini (disabilitas, red). Ini anugerah yang harus dijalani,” katanya kepada Kalteng Pos, Rabu (23/9).

Tidak berhenti dengan lagu saja. Setelah mempersembahkan lagu kepada teman-temannya, Aditia juga mempersembahkan lagu untuk guru-guru yang sudah mendidik dengan penuh kesabaran kepada dirinya dan juga teman-temannya.

Bocah yang bercita-cita menjadi polisi ini menyanyikan lagu Terima Kasih Guru. Lagu kedua yang ia persembahkan itu mengundang haru. Salah satu guru bahkan meneteskan air mata.

“Terima kasihku kuucapkan pada guruku yang tulus. Ilmu yang berguna selalu dilimpahkan untuk bekalku nanti. Setiap hariku dibimbingnya agar tumbuhlah bakatku, kan ku ingat selalu nasihat guruku.” Demikian syair lagu itu.

Bocah yang memiliki hobi menggambar ini mengaku bahwa beberapa kali ia selalu ditolak saat mendaftar sekolah. Saat diterima bersekolah di SLB, ia merasakan pendidikan dan kasih sayang yang ia inginkan selama ini.

“Saya sampaikan terima kasih yang banyak kepada ibu guru SLBN 1 Palangka Raya yang mau meneirma saya dan dengan sabar mendidik saya dan teman-teman meski dengan keterbatasa yang kami miliki,” kata Aditia.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X