Cerita Mereka yang Bekerja di Balik Persiapan Pelaksanaan Megaproyek Food Estate

- Minggu, 27 September 2020 | 09:56 WIB
PROYEK PERCONTOHAN: Penyebaran benih padi di lahan food estate sudah menggunakan drone. Untuk meningkatkan nilai ekonomi, saluran air di areal persawahan dijadikan kolam ikan. SUSILAWATI-LILIK FOR JPG
PROYEK PERCONTOHAN: Penyebaran benih padi di lahan food estate sudah menggunakan drone. Untuk meningkatkan nilai ekonomi, saluran air di areal persawahan dijadikan kolam ikan. SUSILAWATI-LILIK FOR JPG

 Andai tiada aral, megaproyek food estate akan meluncur pekan pertama Oktober. Sejumlah peneliti Balitbangtan Kementan sudah menyiapkan program dan inovasi pendukungnya.

M Hilmi Setiawan, Jakarta

Memaksimalkan program food estate tahap pertama seluas 30 ribu hektare, Kementan menetapkan lahan percontohan atau centre of excellent seluas 1.000 hektare. Lokasinya di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng.

Sejumlah peneliti Balitbangtan terlibat aktif dalam riset dan penerapannya di lahan percontohan itu. Di antaranya, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalteng Susilawati.

Peneliti ahli padi itu menuturkan, area percontohan itu adalah lahan yang sudah eksisting. Jadi, bukan membuka lahan baru atau babat alas.

Tahap awal lahan untuk food estate seluas 30 ribu hektare. Sebanyak 10 ribu hektare berada di Pulang Pisau sedangkan sisanya 20 ribu hektare di Kapuas. Nah, saat ini lahan percontohan seluas 1.000 hektare itu bagian dari lahan food estate yang 10 ribu hektare di Pulang Pisau. Nantinya untuk di Kapuas juga akan dibuat lahan percontohan.

’’Di lokasi kami sudah siap. Pengapuran lahan sudah (dilakukan). Petani siap menanam,’’ katanya.

Dia menegaskan, lahan tanam seluas 1.000 hektare yang jadi percontohan itu adalah lahan tanam eksisting. Artinya selama ini sudah digunakan untuk menanam padi. Persis luasnya adalah 1.025 hektare dan dimiliki oleh 538 rumah tangga petani.

Susilawati mengaku sudah mendampingi para petani di sana sejak 2013. Lahannya harus dikapur dahulu karena rawa. Ciri lahan rawa adalah identik dengan kadar pH rendah atau memiliki tingkat keasaman tinggi. Jadi, perlu dikapur lebih dulu supaya kondisinya netral dan bisa digunakan untuk menanam padi.

Dia menjelaskan, ada sejumlah inovasi yang telah dikenalkan kepada para petani di lahan percontohan itu. ’’Inovasi kami (tujuannya) meningkatkan indeks produksi dan indeks penanaman,’’ katanya.

Indeks produksi adalah meningkatkan hasil panen. Sementara indeks penanaman meningkatkan jumlah panen dalam setahun. Dia berharap petani bisa panen dua atau bahkan tiga kali dalam setahun. Sebagaimana petani padi di Jawa umumnya.

Teknik pengapuran salah satu wujud penerapan inovasi yang kini sudah bisa dijalankan petani sendiri. Kemudian juga sudah diterapkan konsep pertanian modern dengan berbagai mekanisasi. Di antaranya, mengolah tanah dengan traktor roda dua atau roda empat. Menurutnya, para petani di sana sudah terlatih. Selain itu, ada pengolahan lahan dengan riding seperti orang naik sepeda.

Kemudian petani juga dikenalkan dengan cara memilih benih yang tepat. Petani tidak hanya dipandu memilih benih yang menghasilkan beras giling atau konsumsi. Tetapi juga dapat menghasilkan benih, bahkan benih sudah tersertifikat.

Dengan cara itu, petani bisa mendapatkan keuntungan dobel. Pertama, hasil panen berupa gabah untuk digiling. Kemudian hasil padi untuk dijadikan benih. ’’Kita juga kenalkan berbagai varietas padi hasil pemuliaan,’’ tuturnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

DPRD: Realisasi APBD Kotim tahun 2023 Lepas Target

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:40 WIB
X