Petugas Pemakaman Dipukuli, Keluarga Sangat Yakin Tak Ada Corona

- Rabu, 22 Juli 2020 | 13:47 WIB

PALANGKA RAYA-“Bukan Covid ini, bukan (positif) Covid”. Ucapan itu dilontarkan Heri Tajman, kepada para petugas pemakaman dari Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah yang hendak menutup liang lahat dengan gundukan tanah. Sesaat setelah itu, Heri melayangkan bogem mentah ke wajah salah satu petugas. Ujung-ujungnya terjadi pengeroyokan. Ada empat petugas yang terluka dari total delapan petugas.

Marah pihak keluarga berapi-api. Saat mengetahui almarhum Hartini Sariti dimakamkan di deretan makam pasien Covid-19. Tidak dimakamkan di makam yang sudah dipersiapkan pihak keluarga, yang berada di lingkungan Kompleks Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tjilik Riwut Km 12. Yang hanya berjarak tak lebih 200 meter.

Kegusaran keluarga sejatinya sudah muncul semenjak almarhum dirawat di RS PKU Muhammadiyah. Keluarga meyakini almarhum meninggal karena sakit yang sudah lama diderita. Yaitu sakit pada lambungnya. Berbulan-bulan. Dua bulan terakhir terbaring lemah. Di rumahnya. Jalan Damang Tidar. Tidak pernah keluar rumah. Bahkan tidak pernah beranjak dari tempat tidurnya.

Hal itulah yang menjadi dasar keluarga sangat-sangat yakin tidak ada virus Corona yang menginfeksi. Kemarahan itu memang dilampiaskan dengan cara yang salah. Namun ada benang merah yang membuat peristiwa yang seharusnya bisa diselesaikan dengan musyawarah itu berujung sebaliknya. Puluhan petugas dari kepolisian, dan TNI ngelurug ke pemakaman melakukan pengamanan.

Pihak keluarga saat itu memberi penjelasan kepada Kapolresta Palangka Raya Kombes Pol Dwi Tunggal Jaladri, anggotanya, TNI dan Ketua BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani. Sambil berdiri Heri Tajman, yang merupakan adik almarhum didampingi suami almarhum Sutikno dan kerabat mengatakan, almarhum dibawa ke RS PKU Muhammadiyah pada Senin siang (20/7). Kondisi perempuan berusia 58 tahun itu lemah.

Padahal, semasa menjalani perawatan di rumah, almarhum sudah mewanti-wanti, agar tidak dibawa ke rumah sakit.

"Enggak mau aku saat sakit seperti ini dibawa ke rumah sakit. Nanti saya divonis terpapar covid-19," ucap Sutikno menirukan pesan yang disampaikan oleh istrinya semasa hidup.

Heri Tajman menyatakan ia dan keluarga sangat legowo jikalau hasil tes swab yang belum ia terima menunjukkan hasil positif Covid. Kalau tidak, bagaimana? Tentu pihak keluarga meminta agar dimakamkan secara wajar. Pihaknya saat itu meminta untuk dimakamkan di makam yang sudah disiapkan. Lalu didoakan terlebih dahulu, sebelum ditimbun tanah. Bukan langsung ditimbun. Sedari berada di lobi rumah sakit, ia sudah diminta membayar Rp800 ribu. Sedangkan kakaknya masih berada di dalam mobil. Merintih kesakitan. Lemas membutuhkan perawatan.

Sutikno pun membayar ke tempat pembayaran. “Ada petugas yang bilang, kalau pun nanti Covid-19, nanti dibiayai oleh pemerintah. Saya jadi bertanya-tanya, kok begini?” ungkapnya.

Almarhum dinyatakan meninggal pukul 11.45 WIB. Di lokasi pemakaman itu, beberapa pihak terkait menyebut jika almarhum diambil swab kurang dari dua jam sebelum menghembuskan napas terakhir. Anak almarhum mengaku tak mengetahui kapan swab diambil. “Saya enggak lihat kalau diambil swab,” katanya.

“Gak lihat kamu yang memasukkan ke hidung atau tenggorokan?,” sahut Kabagops Kompol Hemat Siburian sambil memperagakan cara pengambilan swab. “Enggak ada pak. Setahunya hanya diambil darah di tangan,” jawab anak almarhum berjenis laki-laki itu.

Namun, Sutikno menyebut, pihak rumah sakit sudah mengambil swab. Hasilnya akan diberitahukan dua hari lagi. "Hasilnya belum kunjung keluar," kata pria berusia 69 tahun ini.

Wajah Kapolresta sempat memerah. Memegang gagang ponsel pintar. Entah siapa yang ditelepon. Dalam perbincangan itu, mantan kabidkum itu menyayangkan hasil swab yang diambil sekitar pukul 10.30 WIB belum keluar-keluar hasilnya. “Dua jam harusnya sudah keluar itu, kok lama banget,” ucapnya dengan nada tinggi. “Kamu cek sekarang di Doris” perintahnya dari ujung telepon.

Nampaknya, kapolresta menginginkan hasil swab bisa segera diketahui. Agar semuanya jelas bagi semua pihak. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 16. 35 WIB. Kapolresta tak melepas ponsel pintar berwana hitam miliknya. Terus mencoba berkomunikasi dengan beberapa orang.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Tujuh Daerah di Kalteng Ini Terima Teguran KPK

Jumat, 26 April 2024 | 10:45 WIB
X