Palangka Raya Menuju PSBB Jilid II, Ini Persiapannya

- Kamis, 25 Juni 2020 | 13:11 WIB
Fairid
Fairid

PALANGKA RAYA-Keinginan Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran kepada Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya agar menerapkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kemungkinan besar bakal terwujud. Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin memberi kode jika aka nada PSBB jilid II di Kota Cantik. “Kalau ditanya apakah pemko akan menerapkan PSBB? maka jawabannya mengarah ke sana,” ucapnya kepada awak media (23/6).

Fairid menyebut akan ada perbedaan dari aturan PSBB yang pertama dulu dengan PSBB jilid II, jika nantinya dilaksanakan. Saat ini sedang dalam pembahasan. Penerapan denda bagi warga yang tidak mengenakan masker dan penerapan ganjil genap di pasar yang sudah digaungkan beberapa hari terakhir masih dalam pembahasan.

“Saat ini masih kami bahas dan kaji terlebih dahulu secara matang. Lalu sosia;isasi secara matang, sehingga penerapannya nanti bisa lebih efisien dan tepat sasaran. Saat ini kami mempersiapkan segala sesuatunya,” ungkapnya. Untuk diketahui, lanjut Fairid, saat ini alat Polymerase Chain Reaction (PCR) sedang dalam rencana untuk dikirm ke Kota Cantik.

“Insyaallah dalam minggu-minggu ini Palangka Raya akan kedatangan alat PCR, dan dengan adanya alat ini di Kota Cantik ini harapnya bisa memutus mata rantai sebaran Covid-19 yang menjadi fokus tim gugus tugas saat ini,” beber Fairid. 

Terpisah, Ketua Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Palangka Raya Emi Abriyani mengungkapkan rencana mengadakan rapid test massal di setiap pasar yang ada di Kota Cantik. Tak hanya itu, akan ada rapid test di daerah yang terdapat kasus positif Covid-19. Pemko saat ini selain memesan alat PCR juga membeli 20.000 buat alat rapid test.

Rapid test nanti akan dilaksanakan dua kali dalam tujuh hari di tempat yang sama. “Apabila hasil rapidnya reaktif secara dua kali berturut-turut dalam rentang waktu kurang lebih tujuh hari itu, maka akan pihaknya tindak lanjuti dengan melakukan tes swab,” jelasnya.

Kedatangan alat PCR, lanjut Emi, diharapkan bisa membantu tim deteksi dini dalam bekerja lebih cepat dalam melakukan tracking. Dikarenakan menurut informasi satu alat PCR bisa memeriksa hingga 100 sampel swab per harinya. Antrean untuk pengecekan sampel swab tidak akan menunggu lama.

“Jadi jangan kaget bila nanti ada rapid test massal yang dilaksanakan oleh tim gugus tugas menyebabkan terjadinya kenaikan angka positif di Kota Cantik, karena itu adalah merupakan proses memutus persebaran Covid-19,” pungkasnya.  Kalteng Pos mencoba meminta pendapat warga di Palangka Raya. Memilih new normal atau PSBB lagi. Ada yang ingin ke tatanan normal baru, ada juga yang memilih PSBB.

Mandha, yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil lebih memilih pemko kembali menerapkan PSBB. Ia mengaku merasa khawatir dengan justru semakin bertambahnya kasus Covid-19. Saat ini, ia menilai orang-orang banyak terkesan mengabaikan imbauan protokol kesehatan. Banyak yang tidak menggunakan masker saat keluar rumah meski beralasan hanya sebentar dan jarak yang dituju tidak jauh dari tempat tinggal.

“Terkait soal setuju apa tidaknya diberikan sanksi denda bagi masyarakat yang tidak menggunakan masker, dia sangat setuju, menurutnya dengan memberikan sanksi akan membiasakan masyarakat agar dapat selalu waspada,” ujarnya.

Berbeda dengan keinginan Kristin, pelaku usaha di bidang makanan dan minuman ini tidak setuju jika pemerintah menerapkan PSBB. Ia lebih condong agar menerapkan new normal.  “Apabila PSBB diterapkan, kami para pelaku usaha sangat merasakan dampaknya, seperti pada saat PSBB lalu, pendapatan kotor sebulannya hanya Rp3 juta, di mana biasanya bisa mencapai Rp8 juta per bulan,” ungkapnya.

Sementara, meski sudah dilakukan penyemprotan cairan disinfektan, kondisi Pasar Besar tak kunjung membaik. Pengunjung sepi, tak kunjung normal. Keluhan itu dilontarkan para pedagang.  Kastalani, pedagang yang berjualan di Pasar Baru Blok B mengatakan, sejak usainya kegiatan sterilisasi pasar dan penutupan toko seminggu yang lalu, pengunjung pasar dirasa makin menurun.

“Malah makin sepi pembelinya, kalau pagi sampai siang begini. Yang banyak datang malah sales yang menawarkan barang sama orang yang mengantar barang,” ujar pria yang mengaku sudah 15 tahun berjualan sembako dan barang kelontong ini.

Kastalani menduga penyebab sepi pengunjung pasar karena orang masih banyak takut untuk datang ke pasar karena mendengar berbagai informasi yang beredar terkait Pasar Besar sebagai klaster persebaran Covid-19.  “Apalagi dengan kabar mau ada rapid test lagi, banyak orang semakin takut datang ke pasar ini,” ucapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB
X