Kerabat dan Tetangga Ikut Menguburkan Jenazah, Tetangga : Kami Tak Takut

- Selasa, 31 Maret 2020 | 15:17 WIB

“Karena Tahu (Almarhum) Negatif Corona, Kami Enggak Takut Ikut Prosesi Pemakamannya”

H Ahmad Arsyad

Tetangga Almarhum

PALANGKA RAYA-Meninggalnya W, pasien pertama yang dinyatakan positif Covid-19 pada 20 Maret lalu, menjadi buah bibir masyarakat maupun di media sosial. Beredar luas kabar bahwa meninggalnya pria berusia 55 tahun itu karena terinfeksi corona. Padahal, yang bersangkutan sudah dinyatakan sembuh, beberapa jam sebelum mengembuskan napas terakhir di RSUD dr Doris Sylvanus  (RSDS) karena serangan jantung.

Kabar kesembuhan itu sebenarnya sudah disambut bahagia oleh keluarga dan para tetangga, yang selama ini selalu berdoa untuk kesembuhannya. Apalagi istri dan anak-anak W sudah diperbolehkan pulang dua hari sebelumnya setelah melewati masa karantina mandiri.

Namun, kabar meninggalnya W membuat duka bagi orang-orang terdekatnya. Salah satu yang merasakan adalah H Ahmad Iskandar Arsyad, tetangga dari almarhum. Ia mendengar kabar bahwa almarhum terkena serangan jantung. Diketahui W mengidap penyakit itu sebelum dinyatakan positif Covid-19.

Setelah menerima kabar duka itu, Ahmad beserta istrinya dan tetangga lain langsung mendatangi kamar jenazah. Tak ada rasa takut sedikit pun untuk melayat. Begitu pun saat mengikuti prosesi pemakaman, salat jenazah, dan melihat langsung peti jenazah masuk ke liang lahat.

 “Karena tahu (almarhum, red) negatif corona, kami (tetangga, red) enggak takut atau khawatir mengikuti prosesi pemakamannya,” ungkap Ahmad kepada wartawan Kalteng Pos di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Tjilik Riwut Km 12.

Terkait prosesi pemakaman jenazah, awalnya pihak rumah sakit menyerahkan kepada keluarga untuk mengurus jenazah di rumah duka. Akan tetapi, kemudian diterima informasi dari Jakarta yang menginstruksikan RSDS untuk mengurus sepenuhnya pemakaman jenazah.

”Jenazah memang dibungkus plastik kedap air dan dimasukkan dalam peti. Itu semata untuk pencegahan. Kami pahami saja,” ujar Ahmad.

Dalam momen yang sama, mewakili keluarga maupun warga yang tinggal sekompleks dengan almarhum, Ahmad meminta masyarakat Kalteng agar bijak dan jeli melihat kasus kematian W. Jangan sampai mencap atau mengatakan almarhum meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

 “Almarhum meninggal dunia karena serangan jantung.  Kami ada bukti dari pihak rumah sakit,” sebutya sambil menunjukkan secarik kertas rekam medis almarhum yang menunjukkan negatif Covid-19.

Ahmad juga sedikit berkilas balik sebelum W dinyatakan positif. Sebelumnya almarhum memiliki riwayat penyakit jantung dan paru-paru. Sempat opname hingga sehat lagi. Kemudian almarhum bersama 50 jemaah dari Palangka Raya melaksanakan ibadah umrah selama 21 hari. Jumlah seluruh rombongan yakni 300 jemaah, berasal dari berbagai daerah. 11 Februari berangkat dan kembali pada 2 Maret. Sepulang dari umrah, almarhum masih dalam kondisi sehat.

 “Kami malah sering bertemu di masjid untuk salat berjemaah,” bebernya. 12 Maret tengah malam, almarhum kembali mendapatkan serangan jantung. Dibawa ke RSDS untuk mendapatkan perawatan medis. Pada 20 maret Satgas Covid-19 Kalteng mengumumkan bahwa almarhum positif corona.  “Almarhum sudah 10 hari berdiam di dalam rumah. Istrinya negatif corona. Itulah yang sempat membuat kami bingung,” terangnya. (kpc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X