Ayu, Tetap Semangat meski Sering Dikucilkan

- Jumat, 21 Februari 2020 | 14:25 WIB
TIAP HARI GEMBIRA: Ayu (kiri) bersama ibunya Mariana saat ditemui di tempat mereka bekerja, di Jalan Damang Salilah, Palangka Raya, Rabu (19/2). ANISA B WAHDAH/KALTENG POS
TIAP HARI GEMBIRA: Ayu (kiri) bersama ibunya Mariana saat ditemui di tempat mereka bekerja, di Jalan Damang Salilah, Palangka Raya, Rabu (19/2). ANISA B WAHDAH/KALTENG POS

Siapa yang bisa melawan takdir. Manusia hanya bisa menjalani dan mensyukuri. Meski terkadang berat, kehidupan harus tetap berjalan. Beginilah kisah Ayu, tegar yang melalui hari-hari pascakecelakaan sepuluh tahun silam.

 

ANISA B WAHDAH, Palangka Raya

NAMANYA sedang diperbincangkan dunia maya. Bahkan sudah masih TV melalui acara Hitam Putih. Ayu berkesempatan menceritakan perjalanan hidupnya. Begitu menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Tak sedikit yang memberikan motivasi dan semangat menjalani kehidupan yang sudah sepuluh tahun menimpanya. Takdir memang kuasa Tuhan. Ikhlas, hanya itu yang bisa ia lakukan.

“Selamat siang,” sapa penulis saat menghampiri Toko Genesis di wilayah Universitas Palangka Raya (UPR). “Siang kak, silahkan masuk,” sambut Ayu.

Perempuan 23 tahun itu beberapa kali melintas di beranda Instagram. Bahkan, Ayu juga ramai menjadi sorotan di aplikasi tiktok (TT). Pertama kali bertemu, saat itu pula penulis merasa tersentuh. Apalagi mendengar setiap cerita yang Ayu kisahkan. Betul-betul menguras emosi untuk tetap tegar sambil terus mendengarkan.

Pada 13 Februari 1997 lalu, lahir seorang perempuan bernama Ayu. Tentu saja, nama itu tak beralasan. Orang tua menginginkan putri yang dilahirkan menjadi perempuan yang ayu (cantik). Baik perilaku maupun parasnya. Nama Ayu terus melekat sejak dilahirkan hingga saat ini.

Ayu, tumbuh menjadi perempuan yang cantik. Kesehariannya sama seperti anak pada umumnya. Bermain dan sekolah bahkan saat mulai remaja ia mau membantu orang tua. Dulu, ayu sering ikut orang tua ke sawah selepas sekolah. Kecantikannya semakin terlihat saat ia beranjak dewasa, kulit cerah dan rambutnya yang panjang.

Sejak kecil, Ayu tidak diperbolehkan ibunya memotong rambut hitam nan panjang. Alasannya, putri bungsunya itu begitu cantik dengan rambut panjangnya. Ayu menuruti. Rambut dibiarkan tumbuh. Sampai bawah pinggang.

Hingga kisah nahas menimpanya waktu itu. Tahun 2009, kisah awal perjalanan Ayu menjalani hari-hari kepedihan selama hampir sebelas tahun ini. Rambut panjang sebagai mahkota kebangganya seakan menjadi penyebab berubahnya kehidupan Ayu. Rambut panjangnya tergulung pada perahu (kelotok) yang membawanya pulang dari sawah menuju rumah.

“Saat itu sore hari, sekitar pukul 17.00 WIB. Saya bersama kakak dan ibu saya pulang dari sawah. Hendak sampai tujuan, saya diminta menutup jalur air di kelotok itu, dan rambut saya yang terikat saat itu tergulung di baling-baling perahu,” kata Ayu.

Ia tidak ingat secara pasti bagaimana kejadian saat itu. Tetapi, saat kejadian, berdasarkan pengakuan saksi yang melihat saat itu, Ayu masih dalam keadaan sadar. Hingga dilarikan ke RS terdekat saat itu di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis). Tetapi, pihak keluarga menyadari bahwa RS tersebut tidak memiliki alat yang memadahi, kemudian Ayu dirujuk ke RS di Banjarmasin.

Perjalanan dari Pulpis ke Banjarmasin pun masih memerlukan waktu yang cukup lama. Ayu mampu bertahan dengan kondisi kulit dan rambut sudah terpisah dengan kepala. Hanya sebagian bawah kepala dan mata saja yang tersisa.

“Bahkan, saat pertama kali saya mengalami kecelakaan tidak ada yang berani mengangkat saya karena kondisi saya sangat mengkhawatirkan, darah tiada henti megalir dan kepala saya tinggal tengkoraknya saja,” beber Ayu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

DPRD: Realisasi APBD Kotim tahun 2023 Lepas Target

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:40 WIB
X