Bahaya, Pasien DBD Meningkat

- Jumat, 24 Januari 2020 | 09:36 WIB

PALANGKA RAYA-Musim hujan sudah mengguyur Kalteng beberapa waktu terakhir termasuk di Ibu Kota Provinsi yakni Kota Palangka Raya. Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus terjadi peningkatan jumlah pasien menderita demam berdarah dengue (DBD) selama Januari 2020 ini.

Direktur RSUD dr Doris Sylvanus Yayu Indriaty mengakui adanya peningkatan jumlah penderita DBD tersebut. Bahwa, jumlah pasien penderita DBD meningkat dari bulan-bulan sebelumnya di Tahun 2019.

“Iya, memang berdasarkan data yang dilaporkan terjadi peningkatan jumlah pasien DBD di RS dr Doris Sylvanus selama Januari ini,” katanya saat diwawancarai di Kantor Gubernur Kalteng.

Diungkapkannya, adanya peningkatan kasus DBD ini pihaknya telah mengantisipasi adanya lonjakan pasien penderita DBD ini, salah satunya dengan menyediakan fasilitas dan tenaga medis yang memadai.

“Peugas di IGD menyampaikan laporan bahwa terjadi peningkatan kasus dari biasanya, sehingga memang kita dari RS bersiap-siap untuk antisipasi, terutama mengenai kebutuhan tempat tidur,” ungkapnya.

Berdasarkan data yang dilaporkan pihak Doris kepada Kalteng Pos, tiga bulan terakhir di 2019 jumlah pasien tidak berada di angka yang cukup tinggi. Pasalnya, pada bulan Oktober lalu pasien rawat jalan hanya empat orang, pada November pasien rawat jalan sebanyak 13 orang dan rawat inap 16 orang sedangkan pada Desember rawat jalan dan rawat inap masing-masing empat orang.

Sementara pada Januari terhitung sejak tanggal satu hingga 20 lalu, jumlah pasien rawat jalan sebanyak delapan orang dan pasien rawat inap melonak hingga dua kali lipat yakni 34 orang. Untuk itu, Yayu mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat serta menerapkan 3 M plus di lingkungan rumah masing-masing.

Sementara itu, berkenaan adanya kabar virus Japanese Eschepalitis (JE) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng berencana lakukan penyelidikan mendalam terhadap kabar tersebut. Kepala Dinkes Kalteng Suyuti Samsul mengatakan bahwa dugaan tersebut saat ini belum dapat dipastikan kebenarannya.

“Terhadap kasus kematian anak berusia 7 tahun yang katanya meninggal akibat virus JE perlu penyelidikan mendalam,” katanya kepada media.

Lantaran, viru JE ini menular melalui nyamuk culex, sedangkan di Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) hingga saat ini belum ditemukan nyamuk culex tersebut. Nyamuk culex ini, kata dia, biasa ditemukan di kebun dan penyebarannya melalui perantara dari pembawa virus atau carrier.

“Sekilas virus JE gejalanya sama dengan gejala virus DBD, namun perbedaannya adalah kejang yang dialami penderita. Jadi, penderita akan demam dan kejang karena selaput otak yang diserang oleh virus JE,” tegasnya.

Untuk itu, terhadap kasus di Pulpis ini pihaknya akan menindaklanjuti dan meneliti apakah benar terdapat spesies nyamuk culex. “Kami tidak dapat menyimpulkan dari gejala yang dialami penderita, karena harus dilakukan penyelidikan dan pendalaman secara spesifik dan kami akan turun lapangan untuk memastikannya,” pungkasnya. (abw/ala)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Infrastruktur di Pedalaman Katingan Memprihatinkan

Minggu, 21 April 2024 | 14:00 WIB
X