Cerita Heroik Pemadam Karhutla di Kalteng

- Senin, 23 September 2019 | 10:51 WIB

Mereka patut mendapat apresiasi lebih. Tak banyak waktu berkumpul dengan keluarga. Bahkan, demi tugas menanggulangi karhutla, ada yang rela tinggalkan istri hamil tua

 

AGUS PRAMONO, Palangka Raya

 

PERALATAN pemadaman sudah siap di bak mobil.  Mesin jinjing, slang, sepatu, bertumpuk menjadi satu. Lima anggota Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Brigdalkarhut) sudah bersiap terjun ke lokasi kebakaran yang memasuki wilayah Taman Nasional Sebangau (TNS). Minggu siang (22/9), mereka mendapat adanya titik panas di hutan di Kelurahan Marang, Palangka Raya.

Mobil dobel gardan bertuliskan Polisi Hutan pun melaju. Untuk sampai ke lokasi, mereka bergerak dari dalam kota  menuju Jalan Tjilik Riwut Km 23 Palangka Raya. Belum sampai di situ, petugas harus masuk lagi. Melewati jalan berkontur tanah pasir. Memiliki lebar empat meter. Melaju dengan kecepatan sedang. Mengutamakan keselamatan. Tujuh kilometer berlalu, tiba di lokasi.

Tampak hamparan pohon sawit berdampingan dengan area TNS. Hanya dibatasi sekat kanal. Kebun sawit itu separuh sudah ludes dilalap api. Kobaran api diduga berasal dari lahan tidur persis di belakang kebun sawit.

“Area kami terbakar juga karena api dari lahan punya warga,”ujar Danbrigdalkarhut TNS, Yussaupin kepada Kalteng Pos.

Pria yang bekerja di TNS sejak tahun 2007 itu menyebut, hutan terbakar di TNS tahun ini seluas 123, 67 hektare dari sekitar 500 ribu hektare. Paling luas di Kelurahan Marang. Berbeda jauh dari karhutla tahun 2015 silam yang mencapai 16 ribu hektare hutan di TNS terbakar.

“Kami ada 30 personel dibantu tim yang lain rutin patrol, dengan mengecek kanal, melakukan pembasahan dan menanggulangi kebakaran,”sebutnya.

Personel brigdalkarhut langsung bergerak cepat. Siap “tempur”. Mesin jinjing, tiga rol slang ditenteng. Kaki yang sudah dilindungii sepatu bot melangkah sejauh 400 meter melalui jalan setapak.

Mesin jinjing merk Honda diturunkan di pinggir sekat kanal. Airnya tampak sedikit. Warnanya kemerah-merahan. Byur…Satu personel menceburkan diri sambil membawa slang pendek dilengkapi penyaring. Ukuran air hanya sepinggang orang dewasa.

Sedikit mengalami kendala. Tebalnya lumpur membuat kedua kaki petugas yang bernama Faulan itu sulit bergerak. Slang itu pun ditenggelamkan. Mesin dihidupkan oleh rekannya. Air tak mau keluar. Faulan merespon. Meminta rekannya menarik naik. Dilepas sepatu bot di kaki kanannya. Air yang ada di dalam sepatu diguyurkan ke dalam lubang mesin.

“Kita pancing”celetuknya. Baru guyuran air  yang ada di sepatu kaki kiri baru berhasil.

Mereka pun melakukan pembasahan di titik-titik penghasil asap, yang bisa sewaktu-waktu kembali terbakar. Air keluar tak begitu deras. Akibat air yang disedot tercampur lumpur. Mereka tak peduli. Terus memegang nosel dan mengarahkan ke sasaran.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Tujuh Daerah di Kalteng Ini Terima Teguran KPK

Jumat, 26 April 2024 | 10:45 WIB
X