Berton-ton Garam Sudah Disemai di Awan, Berdoalah Hujan Turun...

- Kamis, 19 September 2019 | 09:31 WIB

PALANGKA RAYA- Petugas dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dibantu TNI AU sibuk dengan tugasnya masing-masing. Di bawah pesawat CN-295 AU, mereka berdiri melingkar. Salah satu dari mereka mengutak-atik ponsel pintar. Berkoordinasi. Menunggu kepastian dimulainya penerbangan.

Petugas lain menenteng plastik putih berisi garam. Memasukkan ke dalam tabung berbentuk kerucut berbahan logam.

Tak lama kemudian, pesawat berwarna hijau gelap itu terbang. Menyemai garam di langit Kalteng. Kemarin (18/9), menjadi hari kedua proses penyemaian. Sudah tiga ton zat higroskopis atau seperti garam dapur (NaCl) dan CaCl2 yang disemai pada bibit awan yang berpotensi turun hujan. Lokasi bibit awan yang disemai yakni di atas wilayah Kabupaten Barsel, Kapuas, dan Pulang Pisau.

Diberitakan Kaltengpost.co.di, garam-garam berbentuk butiran halus dengan diameter 10-50 mikron itu, diharapkan akan membentuk titik-titik uap air dan membantu turunnya hujan.

Teknologi modifikasi cuaca (TMC) diprediksi bisa berhasil. Berdasarkan perkiraan cuaca yang diterima, tidak ada gangguan yang bisa menggagalkan upaya modifikasi cuaca ini. Satu hal yang dikhawatirkan adalah adanya tiupan angin kencang yang berpotensi menggagalkan upaya itu.

“Keberhasilan tergantung kondisi alam. Salah satunya adalah angin. Apabila angin bertiup kencang, maka otomatis akan membuyarkan garam di awan. Hujan pun tidak dapat terwujud,” kata Koodinator Lapangan BPPT Perwakilan Kalteng Fikri Nur Muhammad kepada Kalteng Pos, di posko udara Bandar Udara (Bandara) Tjilik Riwut.

Berdasarkan instruksi Presiden RI, BPPT diminta untuk stand by di Bandara Tjilik Riwut melakukan TMC dengan batas waktu yang belum ditentukan. “Yang pasti sampai karhutla dan asap di Kalteng sudah hilang, maka presiden akan mencabut instruksi itu. Setelah itu kami bisa kembali,” ucapnya.

Fikri menuturkan, pada Selasa (17/9), pesawat CN-295 AU ini pertama kali datang dengan membawa tiga ton garam. 1,5 ton sudah disemai pada hari itu juga. Sementara 1,5 ton sisanya ditabur kemarin (18/9). Pihaknya pun sudah mengusulkan tambahan 20 ton garam untuk dikirim ke Kalteng.

“10 ton sudah dalam perjalanan dari Pekanbaru sejak Sabtu lalu. Hari ini (kemarin, red) sudah ada di Banjarmasin. Sedangkan 10 ton sisanya menyusul,” sebutnya.

Teknisnya, lanjut Fikri, pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk membantu menentukan titik lokasi awan yang akan disemai. Petugas BPPT yang di darat maupun di dalam pesawat, saling komunikasi memandu titik penyemaian di atas awan.

Menurutnya, proses ini dilakukan selama dua jam di atas awan dengan ketinggian 10.000 bit (3.300 meter). Apabila awan semakin tinggi, maka proses turun hujan juga semakin cepat.

“Kapasitas air yang diturunkan oleh penyemaian ini tidak bisa ditentukan atau diprediksi, karena hasilnya tidak pernah sama. Faktor alam sangat menentukan,” ujarnya.

Hanya saja, katanya, hasil dapat diketahui per 24 jam melalui citra satelit. Hasil dari penyemaian awal pada (17/9), terjadi hujan di sekitar Bandara Tjilik Riwut dengan kapasitas tidak terukur (TTU). “Awal menyemai itu di wilayah Kalteng-Kalsel. Angin mengarah ke Kota Palangka Raya, sehingga terjadi hujan dengan kapasitas kecil,” kata Fikri.

Memang, tambahnya, penyemaian saat ini tidak memprioritaskan wilayah. Sebab, sebagian besar wilayah Kalteng sudah mengalami kebakaran dan dikepung asap.

Selama pelaksanaan TMC ini, BPPT selalu berkoordinasi dengan BMKG daerah maupun pusat, karena laporan BMKG menjadi acuan penerbangan CN-259 ini. Pasalnya, kondisi alam menjadi salah satu penentu dapat atau tidaknya dilakukan penyemaian.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X