Desa Pamangka Gelar Ritual untuk Para Leluhur

- Senin, 9 September 2019 | 12:52 WIB

Masyarakat di Desa Pamangka menyebut Tuga sebagai roh-roh gaib dari para sahabat Pangintuhu. Sedangkan pengertian dari Pangintuhu itu adalah roh dari kesembilan orang panglima atau leluhur di Desa Pamangka. Tuga maupun Pangintuhu inilah yang dipercaya masyarakat setempat secara turun-temurun, mampu melindungi mereka dari berbagai hal. Termasuk membantu mengusir penjajah.

 

JENERI S MEKENG, Buntok

DESA Pamangka berada di wilayah Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan (Barsel). Desa Pamangka bisa disebut sebagai satu-satunya desa yang setiap tahun menggelar ritual adat yang dipersembahkan kepada lelulur. Ritual adat yang digelar masyarakat setempat dilaksanakan secara turun-temurun. Tahun ini merupakan yang ke-21 kalinya.

Persembahan kepada para leluhur dalam ritual itu berupa beraneka macam kue, kambing, ayam, dan persembahan lainnya. Juru kunci adat atau selaku tetau di Desa Pemangka, Atun bin Asep mengatakan, ritual adat biasanya digelar selama sembilan hari, terhitung sejak tanggal 1 hingga 9 September. Dahulu kala, kata Atung, Desa Pamangka memiliki sembilan orang panglima.

Kesembilan panglima itu bernama Panglima Nunan bin Matagum, Panglima Sampu, Panglima Ginap, Panglima Nyunre, Panglima Natan, Panglima Wadjun, Panglima Ginro, Panglima Hendrik, dan Panglima Bane.

Sembilan panglima itu mempunyai sahabat roh-roh gaib yang disebut Tuga. Roh-roh gaib itulah yang membantu kesembilan panglima dalam berperang melawan penjajahan Belanda. Bahkan hingga saat ini, masyarakat Desa Pamangka meyakini bahwa roh-roh gaib Tuga dan roh dari sembilan panglima itu, merupakan penolong yang setia.

Bahkan, jika roh Tuga dan roh sembilan panglima itu dipanggil dalam situasi darurat, atau saat terjadinya perang, maka roh-roh itu pun akan muncul untuk membela kebenaran.

Perlu diketahui, lanjut Atung, bahwa para pejuang Gerakan Mandau Talawang Pancasila (GMTPS) yang dipimpin Christian Simbar, juga pernah memohon bantuan Tuga dan Pangintuhu Pamangka dalam perjuangan menuntut pembentukan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Pastinya dari berbagai pengalaman yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa Tuga dan Pangintuhu masih menolong dan mendampingi siapa pun, tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan golongan, asalkan yang bersangkutan dalam jalan kebenaran,” terang Atung saat dibincangi, Sabtu malam (7/9).

Sementara itu, Kepala Damang Adat Kecamatan Dusun Selatan Ardianson menyatakan dukungannya atas ritual adat yang digelar masyarakat Desa Pamangka. “Pastinya upacara ritual adat Tuga dan Pangintuhu ini sudah terprogram oleh Pemerintah Daerah Barsel dan wajib untuk dilaksanakan setiap tahunnya,” ujar Ardianson. (*/ce/ala)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X