EMOSI..!! Pisau Dilempar, Jleeebbb..!! Menembus Jantung Si Sulung

- Senin, 2 September 2019 | 12:46 WIB

PALANGKA RAYA-Emosi negatif muncul tiba-tiba dan tak bisa dibendung Mardi. Dibayar dengan hilangnya nyawa. Mata pisau sang ayah menembus jantung anaknya sendiri, ES, yang masih berusia 15 tahun. Si sulung itu berlumuran darah. Akhirnya tewas. Nyawanya tak terselamatkan. Meski tindakan medis sudah diberikan.

Peristiwa penganiayaan di lingkungan keluarga berujung tewasnya pelajar kelas IX itu terjadi Sabtu sore (31/8). Baru tercium petugas beberapa jam kemudian. Anggota Polsek Sebangau dan Polres Palangka Raya mendatangi rumah duka di Gang Kenanga I, Jalan Manunggal, Kelurahan Kalampangan.

“Jenazah memang sempat disemayamkan. Kami (polisi, red) mendapat laporan jika ada yang meninggal karena luka tusuk. Untuk keperluan penyelidikan, kami memutuskan membawa jenazah untuk keperluan outopsi,” ucap Kapolres Palangka Raya AKBP Timbul RK Siregar, kemarin (1/9).

Sang ayah sempat berusaha menutup rapat fakta kejadian. Tak ingin mengaku jika ulahnya menyebakan anak sulung dari dua bersaudara itu terbunuh. Kepada awak media dan kepolisian, saat di kamar jenazah RSUD dr Doris Sylvanus, pria 37 tahun itu mengaku anaknya terjatuh.

Pria yang sehari-hari menjual sayur di pasar subuh itu menceritakan alur kejadian. Berawal ketika dirinya sedang mengupas kulit jagung bersama istrinya, Puryati. Kamudian menyuruh korban membeli makanan dan minuman ringan. Dibekali uang pecahan Rp100 ribu. Sampai di rumah, korban membawa susu kemasan Indomilk dan biskuit merek Biskuat.

Susu kemasan itu diberikan kepada adiknya berinisial DN (5). Akan tetapi, balita itu juga menginginkan biskuit yang ada di tangan kakaknya. Terjadilah perkelahian kecil dan kejar-kejaran antara keduanya.

“Tiba-tiba si ES terpeleset, terjatuh, lalu mengenai pisau,” dalihnya. Kemudian ia mengendong anaknya itu. Memanggil tetangga bernama Sutikno, meminta bantuan untuk membawa ES menuju RSUD Kalampangan.

“Saya gendong, dibonceng dengan sepeda motor oleh Sutikno. 15 menit di rumah sakit, dokter bilang anak saya enggak bisa terselamatkan,” ungkapnya.

“Saya dan keluarga sudah merelakan kematian anak saya. Untuk itu kami tidak melapor ke polisi,” ungkapnya.

Ibunda korban, Puryati, mengaku saat kejadian itu ia sedang mengupas jagung di samping teras rumah. Saat itu tidak mengetahui persis kejadian, karena posisinya membelakangi teras. Tak lama kemudian ia mendengar korban berteriak memanggil "mama". Sejurus kemudian ia mendatangi korban yang dalam posisi berdiri, sementara pisau sudah berada di lantai teras rumah.

Dalil-dalil tersangka tak diterima begitu saja oleh polisi. Di rumah duka sudah berdiri tenda. Jenazah pun sudah dimandikan. Suara ayat-ayat suci Alquran dilantunkan sebagian pelayat.

Dengan cara humanis, polisi berusaha membujuk keluarga. Akhirnya ada sepakat untuk membawa jenazah ES ke RSUD dr Doris Sylvanus.

Visum dilakukan. Kedua orang tua korban diperiksa terpisah. Begitu juga anak bungsu tersangka, DN. “Dari pengakuan adiknya, kakaknya ditusuk oleh ayahnya,” kata Timbul didampingi kabagsops,kasatreskrim, dan Pjs Kapolsek Sebangau.

“Sampai akhirnya mengaku dia (tersangka, red),” sambung Timbul. Ada keterangan berbeda dari ayah dan adik korban. Adik korban menyebut ayahnya menusukkan pisau secara langsung. Sedangkan tersangka mengaku melemparkan pisau sampai mengenai dadanya.

Luka robek membentuk garis horizontal. Kedalaman 9 cm. Berada di antara tulang nomor 7 dan 8. “Kami masih sinkronkan keterangan dari DN dan orang tua korban. Apakah dilempar atau mata pisau itu ditikamkan langsung,” jelas Timbul. “Besok (hari ini, red) kalau tidak ada halangan akan ada reka ulang,” tambahnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X