Udara Sudah Bahaya, Sekolah Belum Diliburkan

- Senin, 12 Agustus 2019 | 11:40 WIB

PALANGKA RAYA-Bukan tidak mungkin, peristiwa bencana kabut asap di tahun 2015 silam terulang. Banyaknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menyebabkan kabut asap semakin tebal. Mata terasa pedas. Tenggorokan tidak nyaman. Kualitas udara segar menurun yang berbahaya bagi pernapasan. Kemarin sore (11/8), alat indeks standar pencemar udara (ISPU) yang dipasang di Bundaran Besar Palangka Raya sudah menunjukkan kategori berbahaya. Berbahaya bagi semua populasi.

Konsentrasi partikulat (PM10) sudah di atas angka 300, jauh dari batas sedang PM10 50-100. PM10 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer).

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalteng Norliani tak menampik bahwa ISPU sudah menunjukkan kategori berbahaya. “Udara tak hanya dicemari asap dari karhutla, melainkan sudah bercampur debu atau partikel abu,” katanya ketika dihubungi Kalteng Pos per telepon, kemarin petang.

Wakil rakyat yang duduk di kursi DPRD Kota Palangka Raya, Alfian Bantankanti, juga gerah melihat kondisi langit Kota Cantik yang semakin parah dengan udara yang sudah sangat berbahaya.

“Melihat keadaan seperti saat ini, saya mendesak Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya meliburkan peserta didik,” tegasnya. Persoalan ini semestinya dapat diantisipasi semua pihak. Termasuk kesadaran masyarakat. "Seperti jadi program tahunan saja kejadian karhutla ini," ucapnya. Alfian juga menyarankan didirikan rumah singgah pada lokasi-lokasi strategis, agar mudah dijangkau masyarakat luas.

"Saya pikir rumah singgah memang harus ada, meskipun kita tahu bersama bahwa anggaran pemko memang sedikit. Namun itu memang diperlukan saat ini," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya Sahdin Hasan masih belum bisa berbuat banyak atas situasi saat ini. Pihaknya belum berani mengambil keputusan terkait permintaan wakil rakyat untuk meliburkan peserta didik dari kegiatan belajar mengajar di sekolah.

“Untuk saat ini melanjutkan pemangkasan jam belajar saja,” ucapnya ketika dihubungi per telepon. "Udara sangat fluktuatif mas, kadang baik dan kadang tidak. Ini juga yang menjadi pertimbangan kami,” tambahnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data yang dihimpun dari Pusdalops, total lahan yang terbakar se-Kalteng sekitar 2.365 hektare. Padahal, tiga hari sebelumnya masih pada angka 2.168 hektare. Palangka Raya masih mendominasi dengan 416 kali kebakaran dan 896 hektare lahan yang terbakar. Disusul Pulpis 74 kali kebakaran, 377 hektare lahan terbakar.

“Karhutla ini jadi musuh bersama,” ujar Anggota DPRD Kalteng Agus Susilasani, Minggu (11/8).

Karena itu, Agus meminta pemerintah pusat maupun daerah agar lebih serius mengatasi persoalan karhutla.

“Masalah karhutla ini harus bisa diselesaikan dari hulunya. Langkah reaktif hanya akan berdampak sementara tapi tidak menghentikan kejadian karhutla,” katanya.

“Saya mengapresiasi kinerja para petugas pemadam kebakaran, baik Damkar, BPBD, relawan, serta TNI-Polri,” tambahnya.

Mantan kepala DLH Provinsi Kalteng tersebut mengungkapkan, selain merupakan orang profesional yang diduga melakukan pembakaran lahan, pembakaran pun dominan dilakukan pada malam hari.

“Tadi malam saya dapat laporan bahwa di daerah-daerah tertentu ada yang melakukan pembakaran hutan pada malam hari. Saya tidak tahu pasti motifnya apa. Intinya kami tetap berusaha untuk menanggulangi ini. Kami minta dukungan dan kerja sama dari masyarakat,” paparnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Tujuh Daerah di Kalteng Ini Terima Teguran KPK

Jumat, 26 April 2024 | 10:45 WIB
X