KASIHAN..!! Terdesak Kebakaran, Orangutan ”Serbu” Perkebunan

- Rabu, 7 Agustus 2019 | 10:47 WIB

SAMPIT – Kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) merusak habitat orangutan. Akibatnya, satwa liar dilindungi tersebut ramai-ramai ”menyerbu” perkebunan warga. Mereka terpaksa eksodus dan membuat sarang baru di kawasan yang dekat dengan permukiman warga.

Selama Juli-Agustus, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Sampit tercatat menerima tujuh laporan dari masyarakat terkait gangguan satwa tersebut. Periode itu saat karhutla sedang marak-maraknya. Laporan itu datang dari warga di Kecamatan Baamang, Mentawa Baru Ketapang, dan Kecamatan Mentaya Hilir Utara.

”Kebakaran yang terus terjadi, membuat mereka (satwa, Red) terpaksa masuk ke permukiman. Sebab, bagi mereka di sana cukup aman dan banyak sumber makanan,” kata Kepala BKSDA Pos Sampit Muriansyah. Muriansyah menuturkan, belum lama ini, tiga orangutan dilaporkan memasuki kebun kelapa sawit warga di Jalan HM Arysad, Desa Bagendang Hilir. Hutan maupun lahan di sekitar perkebunan warga tersebut sebagian besar terbakar.

”Tiga individu orangutan itu, di antaranya dua dewasa dan satu anak. Satwa itu memakan umbut sawit warga. Padahal, umbut sawit bukan makanan mereka. Tapi, karena terpaksa, jadi yang dimakan ya umbut sawit itu,” tuturnya.

Lebih lanjut Muriansyah mengatakan, selain orangutan, satwa lainnya seperti beruang dan monyet juga mencari lokasi aman dari karhutla. Meski sebagian satwa berhasil menyelamatkan diri, diyakini ada juga satwa lain yang ikut hangus akibat karhutla tersebut.

”Pada 2017 lalu, kami mendapat laporan dari petugas di lapangan, ada satu ekor ular sawah ikut terbakar. Ular kan jalannya lambat dan kalah cepat dengan api yang membakar hutan maupun lahan,” tuturnya.

Muriansyah menambahkan, pihaknya menemukan belasan sarang lama maupun baru yang dibuat orangutan. Namun, pihaknya belum menemukan langsung orangutan tersebut.

”Orangutan di Bagendang Hilir seratus persen karena kebakaran dan membuat mereka bergeser ke perkebunan. Di sana mereka sering kalah dan disalahkan. Padahal, itu bukan salah mereka, tetapi manusialah yang memaksa mereka harus masuk ke permukiman,” katanya.

 

Terus Membara

Sementara itu, karhutla di Kotim masih marak. Satu unit helikopter terus beroperasi melakukan pemadaman dari udara. Kemarin, helikopter pembom air itu memadamkan api di Jalan HM Arsyad, Desa Eka Bahurui.

Kebakaran lahan di lokasi itu diperkirakan menghanguskan lahan 25 hektare. Asap dari kebakaran tersebut terus mengepul. Petugas gabungan, mulai dari TNI, Polri, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, masih siaga di lokasi.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kotim Yephi Hartadi mengatakan, pemadaman melalui udara dilakukan dari pagi hingga siang di Eka Bahurui dan berlanjut ke Bagendang Tengah. Ketinggian rata-rata pemadaman sekitar 100 meter dari darat, tergantung kerawanan tingkat api.

Yephi menuturkan, biaya operasional lapangan selama ini ditanggung dana dari pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Alokasi anggaran mencapai sekitar Rp 6 miliar.

”Dana dari pusat itulah yang digunakan untuk biaya operasional, sedangkan dari dana APBD tidak ada menganggarkan,” ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X