Warga Menghirup Debu, Bermandikan Limbah

- Jumat, 26 Juli 2019 | 13:57 WIB

Ketika perusahaan pertambangan mengeruk perut bumi, triliunan debu terhempas ke permukiman penduduk sekitar. Ketika mereka meninggalkan lubang dan persoalan, memandang sebelah mata masyarakat lokal.

 

ANISA B WARDAH-AGUS PRAMONO-Tamiang Layang

 

 

TANPA mengurangi laju sepeda motor, penulis langsung menutup hidung dan mulut dengan tangan kiri. Debu memaksa kami memicingkan mata dan memalingkan muka saat berpapasan dengan dump truk bermuatan batu bara.

Lambung perbukitan di Desa Sumber Garunggung, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur (Bartim), dan sekitarnya itu terus dikeruk. Diangkut melalui jalan hauling (jalan pengangkutan hasil tambang) yang anjangnya ratusan kilometer. Tembus sampai ke muara DAS Barito. Jalan itu melintasi empat kecamatan di Bartim. Kecamatan Dusun Tengah, Kecamatan Paku, Kecamatan Awang Lapai, dan Kecamatan Dusun Timur.

 

Beberapa waktu lalu, wartawan Kalteng Pos menyusuri puluhan kilometer jalan hauling selebar sekitar delapan meter tersebut. Berkontur tanah. Bercampur kerikil. Padat. Sangat licin jika musim hujan.

Mencoba menelusuri titik pertambangan batu bara ilegal. Masyarakat di sana menyebutnya tambang lipat. Yakni, warga yang memiliki sebidang tanah ditawarkan ke investor. Perusahaan tak menolak jika ada kandungan batu bara di dalamnya. “Sudah pasti ada keuntungan bagi pemilik tanah dan perusahaan,” kata sumber Kalteng Pos yang menemani perjalanan kami, pekan lalu.

Kami menyusuri jalan perbukitan. Membekali diri dengan peralatan memancing, selain tas berisi pakaian cadangan. Setengah jam perjalanan, sebuah ekskavator parkir di sisi kanan jalan. Tertutup pepohonan di setiap sisi. Tak jauh dari lokasi, tampak jelas ada sebidang tanah yang sudah dikeruk. Luasnya sekitar lapangan bulu tangkis. Persegi panjang. Dalamnya sekitar tiga meter. Di tengah-tengahnya ada gunungan batu bara siap angkut.

“Ini salah satunya,” celetuk sumber yang merupakan aktivis pecinta lingkungan asli putra daerah Bartim. Kami meneruskan perjalanan. Sampailah kami di Desa Sumber Garunggung, sekitar 20 kilometer dari bibir jalan provinsi penghubung Tamiang Layang–Ampah.

Di lokasi itu, ada tempat penampungan batu bara yang ditambang dari tanah masyarakat. Jarang ditemukan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Ada tambang lipat. Kali ini luasnya berlipat-lipat. Dari yang kami temui pertama kali. Kedalamannya juga berlipat.

Menempuh perjalanan sekitar dua jam, kami menemukan sembilan lokasi tambang lipat yang masih aktif. Dua penampungan batu bara. Lebih dari 15 bekas tambang yang tak direklamasi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perumahan Dinas Guru di Katingan Jadi Arang

Rabu, 17 April 2024 | 12:57 WIB

Pantai Sungai Bakau Perlu Tambahan Fasilitas

Minggu, 14 April 2024 | 15:00 WIB

Warga Serbu Pusat Perbelanjaan di Kota Sampit

Minggu, 14 April 2024 | 10:26 WIB
X