Keberadaan juru masak di sebuah rumah sakit, ternyata memiliki peran penting untuk kesembuhan pasien. Ketelitian bekerja dalam suasana kegembiraan, dapat mendukung kerja medis.
EMANUEL LIU, Palangka Raya
DENGAN jumlah personel hanya 9 orang, para juru masak di Ruang Instalasi Gizi, RSUD dr Doris Sylvanus, dapat bekerja maksimal. Mereka menyajikan makanan untuk seluruh pasien yang ada.
Kendati harus berada di dapur setiap harinya, bukan berarti tidak mengalami berbagai pengalaman menarik untuk dikenang, selama mengemban tugas yang cukup vital tersebut. Apalagi, peran mereka mendukung penyembuhan pasien melalui makanan, juga sama pentingnya dengan penanganan medis.
“Pengalaman saya pribadi, seperti menyalurkan hobi, khususnya memasak. Yang penting kita enjoy, maka pekerjaan yang berat akan terasa ringan,” kata Kepala Pemasak Ruangan Gizi, RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Lisa Kristiyaningsih kepada Kalteng Pos, Selasa (24/7).
Untuk urusan memasak, ibu dua anak tersebut mengakui, dengan menggunakan peralatan masak yang besar seperti kompor, serta suhu yang panas di tempat kerja, dibutuhkan kesabaran dan suasana yang santai.
“Kadang ada masalah dari rumah yang bisa terbawa. Namun, walau terasa berat dan demi kesembuhan pasien, pekerjaan tetap dilaksanakan dengan baik,” katanya.
Suasana kerja yang dialami selama ini, penuh kekeluargaan. Hal itu dirasakan sejak 2009, saat dirinya memulai pengabdian di rumah sakit tersebut. “Jadi saat kerja, kita bisa sambil bercerita,” lanjut warga Jalan Garuda tersebut.
Jenis makanan yang disajikan ada berbagai macam. Namun, wajib ada kandungan karbohidrat (nasi, bubur), yang disesuaikan dengan jenis diet para pasien. Lauk terdiri dari dua jenis, yaitu nabati dan hewani. Selain itu, ada sayur-sayuran, buah-buahan atau puding.
Dalam proses memasak, tidak pernah menggunakan pepsin. Sebab, menurutnya, itu tidak baik untuk kesehatan. Sebagai ganti, mereka menggunakan gula dan bumbu, seperti bawang merah dan putih.
Karena telah mempelajari ilmu tata boga, maka bukan hanya aktivitas di tempat kerja yang digelutinya. Selain menjalani pekerjaan tetap, mereka juga mencari penghasilan tambahan, seperti membuat kue lalu dipasarkan.
Dijelaskannya, dirinya tidak membedakan memasak di rumah maupun di rumah sakit. Hal itu dikarenakan dirinya sudah terbiasa, bekerja dengan hasil yang bagus hingga selesai.
“Di sini saya mengatur hal yang berkaitan dengan masak. Di rumah juga mengatur anak-anak sambil membuat kue dan kegiatan lainnya. Dan memang bidangku sudah di situ,” sambungnya.
Sementara, terkait dengan penyakit pasien, menurutnya, makanan atau jenis diet akan berbeda pula. Misalnya untuk diet lambung, maka masakannya lauknya harud direbus. Sedangkan sayur mesti yang tidak banyak santan.
Sementara, untuk pasien yang dirawat di ruangan ICU, kebanyakan menggunakan susu. Selain itu, bagi pasien yang diet jantung, maka tidak akan diberikan menu makanan mengandung kuning telur.
Di tempat terpisah, Plt Kepala Instalasi Gizi, Banuh Rohimah SGz M Gizi menambahkan, untuk pengaturan makan, pihaknya mendapatkan order diet yang berasal dari ruangan masing-masing (ahli gizi ruangan).
Lalu orderan itu akan diteruskan ke dapur, sehingga memiliki pengaturan menu yang dikenal dengan menu 10 hari plus 1, dengan siklus yang berulang. Untuk siklus ke-11 khusus untuk menu ke-31.
“Dari pengaturan siklus tersebut, ada pengaturan berdasarkan dietnya. Misalnya ada makanan tertentu yang tidak gorengan, nanti pengaturannya dilakukan dengan cara direbus, kukus, panggang, atau dibakar,” katanya.
Selain itu, ada bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh pasien, seperti makanan yang mengandung serat tinggi. Sehingga pihaknya memberikan sayur yang rendah serat.
Dirinya menegaskan, peran dari tenaga pemasak sangatlah penting. Selalu melakukan koordinasi dengan ahli gizi. Agar pasien dapat segera sembuh, maka makanannya juga harus bersih dan sehat.
“Oleh karena itu, kita juga berupaya untuk menjamin kebersihan makanan, kualitas gizi, termasuk higensanitasi (pengaruh lingkungan terhadap kesehatan) para pemasak, di antaranya menggunakan alat pelindung diri saat memasak. Hal tersebut agar tidak terjadinya kontaminasi dari penjamah makanan terhadap makanan tersebut,” tutupnya. (*/ce/nto)