JAKARTA - Harga bahan bakar minyak (BBM) berpeluang tak naik dalam waktu yang cukup panjang. Sebelumnya, pemerintah sudah menurunkan harga premium dan solar sebesar Rp 500 pada awal April lalu.
“Harga yang sekarang ini, harapannya tetap sampai September. Bahkan, bukan tidak mungkin sampai akhir tahun. Selama tiga bulan akan tetap dibahas,” kata Menteri ESDM Sudirman Said, Selasa (12/4) lalu.
Menurut Sudirman, pemerintah perlu menyimpan margin untuk menghadapi puasa dan lebaran yang rawan inflasi. Pemerintah menilai, ada peluang harga BBM akan naik menyesuaikan dengan tren kenaikan harga minyak dunia.
Sesuai catatan ESDM, penurunan harga solar 16 persen berdampak pada penurunan ongkos antara 5–10 persen. Harga BBM naik 16 persen dan secara otomatis menaikkan ongkos hingga 30 persen.
---------- SPLIT TEXT ----------
Begitu juga dengan logistik dan bahan pangan, BBM turun 3,5 persen dan harga kebutuhan pokok turun 0,1 persen. “Kenaikan BBM delapan persen, kebutuhan pokok naik dua persen,’’ jelasnya.
Sementara itu, pemerintah ternyata memiliki maksud tersendiri saat memutuskan harga premium dan solar hanya turun Rp 500 pada awal April lalu. Penurunan minimalis itu dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga pada puasa dan Lebaran.
Menteri ESDM Sudirman Said, kenaikan harga minyak dunia diprediksi akan terus terjadi hingga Agustus atau bertepatan dengan Lebaran. Oleh karena itu, untuk mencegah kenaikan harga BBM pada Agustus, pemerintah menghemat alokasi subsidi.
---------- SPLIT TEXT ----------
Dengan begitu, pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM September nanti. “Kami ingin melindungi masyarakat bawah dari naik-turunnya harga,” ucap menteri asal Brebes itu.
Mantan bos Pindad ini menyatakan, kenaikan harga BBM memberi dampak luar biasa besar pada harga kebutuhan sehari-hari. Namun, penurunan harga tidak segera terealisasi saat harga BBM turun. (dim/jpnn/ens)